BERITA

Syarim: Kami Sudah Tenang di Asrama Transito Majeluk

Syarim: Kami Sudah Tenang di Asrama Transito Majeluk
Pemprov NTB kesulitan koordinasi dengan pimpinan Ahmadiyah. ANTARA FOTO

KBR, Jakarta - Salah satu jemaat Ahmadiyah, Syarim, mengaku tak lagi memiliki keinginan untuk pulang ke kampung halamannya di Ketapang, Lombok Barat. Sebab, dia dan beberapa jemaat lainnya, sudah mulai nyaman tinggal di Asrama Transito Majeluk Mataram, Nusa Tenggara Barat.

"Alhamdulillah kami sudah diterima di sini, khususnya oleh kepala lingkungan setempat. Pada saat peringatan Nuzulul Quran beberapa waktu lalu, kami juga mengundang warga setempat dan mereka mau menghadirinya. Jadi kami merasa tidak ada masalah dengan lingkungan di sini," katanya ketika dihubungi KBR melalui sambungan telepon, Kamis, (16/7/2015).


Selain itu kata dia, hubungan dengan masyarakat sekitar terjalin dengan baik. Sehingga, para jemaat bisa berbaur dan melakukan kegiatan bersama-sama.


"Selain itu, mereka juga selalu berupaya melindungi kami. Kalau ada yang ingin membuat keributan, mereka malah menjaga kami," tambahnya.


Meski begitu ia tetap berharap pemerintah memenuhi fasilitas untuk para pengungsi. Sebab selama ini, fasilitas yang diberikan pemerintah belum memadai. Dia bercerita, untuk memiliki fasilitas kamar mandi umum yang memadai, warga harus mengeluarkan uang sendiri.


Sejak sembilan tahun silam, jemaah Ahmadiyah mengungsi dari desa mereka di Ketapang, Lombok Barat setelah sebelumnya mengalami intimidasi dan kekerasan yang berujung pada pengusiran paksa.


Di Wisma Transito sehari-hari mereka hidup di dalam ruangan yang hanya dibatasi kain bekas spanduk, kardus atau karung sebagai tanda pemisah antara satu keluarga dengan keluarga lain.




Editor: Quinawaty Pasaribu 

  • Ahmadiyah
  • ketapang
  • Asrama Transito Majeluk

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!