BERITA
Pertumbuhan Ekonomi Lemah Pengaruhi PAD Kalbar
KBR, Pontianak - Pelemahan ekonomi mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi
Kalimantan Barat semester pertama tahun 2015. Sekda Kalimantan
Barat, M. Zeet Hamdy Assovie, mengatakan, dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kalimantan
Barat tahun 2015 semula 6,02 persen menjadi 5,025 persen itu, baru sekitar 4,7
persennya saja yang tercapai. Akibatnya, terjadi
kelebihan anggaran belanja, karena target pendapatan asli daerah (PAD) turut terpengaruh.
Dijelaskan M.Zeet berbagai sumber perolehan primer PAD seperti Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) turut melemah dalam periode 6 bulan terakhir. Hal itu, kata dia, terjadi akibat penurunan daya beli masyarakat.
“Dalam setengah tahun ini daya beli masyarakat untuk BBNKB itu amat sangat rendah. Sehingga, kita mengalami tekanan cukup parah disektor pendapatan itu. Sebagai akibat dari orang tidak membeli kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat, akibatnya PKB juga tidak dapat. Itulah faktor-faktor yang menjadi pemicu utama mengapa struktur APBD berubah. Tapi, kalau kita lihat dari aspek retribusi itu masih positif karena masih memberikan over target,”ujar M.Zeet Hamdy Assovie kepada KBR di Pontianak, Senin, (13/7/2015).
M.Zeet Hamdy Assovie menambahkan dalam sisa waktu 5 bulan, untuk mengefisiensikan pemanfaatan APBD Perubahan tahun
2015 ini, Pemprov Kalbar akan memprioritaskan pada belanja
tidak langsung maupun langsung yang terkait dengan pelayanan publik dibandingkan kegiatan yang bersifat fisik atau konstruksi.
PAD Kalimantan
Barat tahun 2015 dari semula sebesar sekitar Rp 2,1 triliun berkurang Rp 315,6
miliar. PAD turun 14,57 persen, menjadi Rp 1,851
triliun lebih.
Editor: Malika
- PAD Kalimantan Barat
- pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat
- RPJMD Kalimantan Barat
- pendapatan asli daerah
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!