BERITA

Antrean 24 Jam, Warga Rembang Rela Tidur Dekat Sumber Air

"Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang, Suharso menganggap proyek pipanisasi dan memperbanyak sumber air baru, merupakan solusi penanganan jangka panjang."

Warga desa Kedung, Kec. Pancur Kab. Rembang, Jawa Tengah antre air sampai larut malam, karena bencan
Warga desa Kedung, Kec. Pancur Kab. Rembang, Jawa Tengah antre air sampai larut malam, karena bencana kekeringan. Foto: Musyafa KBR

KBR, Rembang - Warga di sejumlah desa di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah rela mengantre air hingga dini hari. Hal itu lantaran debit sumber air menurun drastis, akibat bencana kekeringan. Hal itu dialami oleh warga desa Kedung, Kecamatan Pancur, Suparlan. Ia mengungkapkan, untuk memenuhi satu jeriken air, harus menunggu minimal dua jam. Hal ini membuat banyak warga yang akhirnya rela tidur di dekat sumber air.

“Sangat kekurangan air, lihat ini mas kondisinya air sangat kecil sekali. Ini bahkan satu jeriken, butuh 2 – 3 jam. Antreannya saja sampai 24 jam lho," ungkapnya kepada KBR, Rabu malam (28/7/2015).


Sementara itu, Kepala Desa Kedung Kecamatan Pancur, Supri berharap, pemerintah membuat sumur bor yang lebih besar, untuk meringankan beban warga. Calon lokasi sudah siap, namun pihak desa belum mempunyai anggaran.


“Penginnya sumur atau sebuah sumber air, Insya Allah kita carikan dari desa Kedung sendiri, supaya mudah pengelolaannya. Kalau luar desa jauh sekali, mencapai 2 kilo meteran," jelasnya.


Sedangkan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang, Suharso saat ditemui juga mengungkapkan, proyek pipanisasi dan memperbanyak sumber air baru, merupakan solusi penanganan jangka panjang. "Ini akan menjadi solusi. Namun kami masih terkendala dengan dana untuk merealisasikan program tersebut," keluhnya.


Editor: Bambang Hari

  • Warga Rembang
  • kekeringan Rembang
  • Antrian Air
  • Dropping Air

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!