BERITA

8 Kecamatan di Situbondo Krisis Air Bersih

8 Kecamatan di Situbondo Krisis Air Bersih

KBR, Situbondo - Sebanyak delapan kecamatan di Kabupaten Situbondo Jawa Timur, mulai dilanda kekeringan akibat kemarau panjang. Delapan Kecamatan tersebut yakni Kecamatan Banyuputih, Asembagus, Jangkar, Arjasa, Kendit, Mlandingan, Jatibanteng, dan Kecamatan Banyuglugur. 

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo Zainul Arifin, mengatakan, dari delapan kecamatan itu daerah terparah terjadi krisis air bersih berada di Kecamatan Arjasa, Banyuglugur dan Kecamatan Jangkar. Di daerah itu masyarakat harus menempuh jarak sejauh tiga kilometer ke mata sumber air untuk mengambil air bersih. Kata Zainul, untuk mengatasi krisis air bersih, pihaknya telah menyuplai air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“BPBD untuk menanggulangi kekeringan untuk sementara ini kita tetap mengirim air bersih ke tempat- tempat wilayah yang kekeringan. Iya kritis karena mereka ya bisa ngambil air tapi jaraknya tiga kilo lebih dari rumah ke tempat pengambilan air. Tapi diupayakan sekarang kalau di wilayah Timur itu diupayakan sumur bor. Kalau di wilayah Barat diupayakan vivanisasi dengan mengambil sumber mata air yang ada di sana,”kata Zainul Arifin, Kamis (23/7/2015).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo Zainul Arifin menambahkan, untuk mengatasi kekeringan yang menjadi rutinitas tahunan di wilayah Kabupaten Situbondo, pihaknya telah mengajukan permohonan bantuan pipanisasi dan pembuatan sumur bor, ke BNPB pusat.

Sehingga masyarakat yang selama ini kesulitan mendapatkan air bersih saat musim kemarau tidak terulang lagi. BPBD Situbondo menargetkan pada tahun 2017 mendatang daerahnya terbebas dari masalah krisis air saat kemarau.


Editor: Malika
  • Krisis Air
  • Kekeringan
  • BPBD Situbondo
  • Krisis Air Situbondo

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!