NUSANTARA

Warga Syiah Sampang Berharap Tahun Ini Terakhir Kalinya Berlebaran di Pengungsian

"Warga Syiah asal Sampang yang diungsikan ke Rumah Susun (Rusun) Sidoardjo, Jawa Timur berharap tahun ini adalah terakhir kalinya mereka merayakan Hari Raya Idul Fitri jauh dari kampung halaman."

Quinawaty Pasaribu

Warga Syiah Sampang Berharap Tahun Ini Terakhir Kalinya Berlebaran di Pengungsian
syiah, sampang

KBR, Jakarta – Warga Syiah asal Sampang yang diungsikan ke Rumah Susun (Rusun) Sidoardjo, Jawa Timur berharap tahun ini adalah terakhir kalinya mereka merayakan Hari Raya Idul Fitri jauh dari kampung halaman. 


Pimpinan Syiah Sampang, Iklil Almilal mengatakan tahun ini merupakan tahun kedua mereka terpaksa berlebaran di lokasi pengungsian. Beberapa hari sebelum Hari Raya Idul Fitri keluarga Syiah di Sampang sempat berkunjung ke pengungsian. 


Namun, niat mereka untuk pulang ke kampung halaman terhalang oleh larangan mudik oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).


"Harapan kami, mudah-mudah ini terakhir kami berlebaran di kampung orang jauh dari kampung halaman. Mudah-mudahan ini terakhir berlebaran di pengungsian. Bisa pulang, hidup seperti semula tidak ada batasan tertentu," katanya kepada KBR (28/07).


Pada Agustus tahun lalu, sekitar 200 orang pengungsi Syiah asal Sampang, masih ditempatkan di Rumah Susun (Rusun) di Sidoarjo, Jawa Timur, setelah sempat berbulan-bulan tinggal di GOR Sampang, Madura, menyusul pengusiran mereka dari kampung halamannya. 


Ratusan pengungsi Syiah asal Sampang yang kini masih dipengungsian di Sidoarjo, dilarang pulang ke Sampang untuk merayakan Idul Fitri. Larangan itu dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB mengklaim larangan para pengungsi lebaran di kampung halaman demi keamanan pengungsi.


Editor: Antonius Eko 

  • syiah
  • sampang

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!