NUSANTARA

Jatim Sulit Bebaskan Lahan untuk Tol Trans Jawa

"Pemerintah Jawa Timur belum bisa membebaskan sebagian besar lahan untuk pembangunan jalan tol Trans Jawa. Padahal, menurut Asisten bidang Ekonomi Pembangunan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, Hadi Prasetiyo, lahan tersebut merupakan milik pemerinta"

Jatim Sulit Bebaskan Lahan untuk Tol Trans Jawa
jawa timur, lahan, tol trans jawa

KBR68H, Surabaya - Pemerintah Jawa Timur belum bisa membebaskan sebagian besar lahan untuk pembangunan jalan tol Trans Jawa. Padahal, menurut Asisten bidang Ekonomi Pembangunan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, Hadi Prasetiyo, lahan tersebut merupakan milik pemerintah.

Sulitnya pembebasan lahan mengakibatkan pembangunan jalan tol yang sudah berlangsung sejak 2008 ini berjalan lambat. Hadi mengatakan lambannya pembangunan jalan tersebut akan berdampak pada pembangunan sektor lainnya.

“Kita ini ketinggalan infrastruktur sudah semakin lama ketinggalan, dengan Malaysia ketinggalan. Apalagi dengan Thailand ketinggalan. Nanti dengan Filipina kita ketinggalan. Ini persoalan besar buat bangsa dan negara. Maka kita jangan lagi ngitung soal urusan terlalu njlimet, ke arah yang sangat rigid seperti itu. Pembebasan tanah ini, mungkin dikasih ruang misalnya ruang kompensasi apa pun. Ini bukan hanya soal harga, ini soalnya adalah dia tercabut dari lokalitasnya," ujarnya.

Pembangunan jalan tol antara Mojokerto-Kertosono sepanjang 40 km ini baru selesai 35 persen. Warga menolak memberikan lahan mereka lantaran mereka menduga tanah tersebut akan dikuasai investor.

Lambatnya pembangunan jalan termasuk ruas tol, menurut Hadi Prasetiyo, mengakibatkan laju kendaraan semakin lambat. Jumlah kendaraan semakin bertambah, namun tidak diimbangi pertambahan ruas jalan.

Editor: Antonius Eko 

  • jawa timur
  • lahan
  • tol trans jawa

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!