NUSANTARA

7 Sapi Mati, Dusun di Rembang Siaga Wabah PMK

"“Rinciannya enam ekor sapi sudah besar dan satu sapi masih anakan,“"

Musyafa

Sapi mati terkena wabah PMK di Dusun Gobok Kabupaten Rembang, Jateng. (KBR/Musyafa).
Sapi mati terkena wabah PMK di Dusun Gobok Kabupaten Rembang, Jateng, Kamis (2/6). (KBR/Musyafa).

KBR, Rembang- Peternak di Dusun Gobok, Desa Gunungsari, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jateng melakukan langkah-langkah cepat, untuk mengantisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak sapi. Kemis, Kepala Desa Gunungsari Kecamatan Kaliori yang tinggal di Dusun Gobok, mengatakan saat ini di kampungnya sudah ada tujuh ekor sapi mati, akibat terkena PMK.

“Rinciannya enam ekor sapi sudah besar dan satu sapi masih anakan,“ tuturnya, Minggu (5/6).

Kemis menduga penyakit mulut dan kuku masuk ke Dusun Gobok, setelah ada warganya membeli ternak sapi dari Jatirogo Kabupaten Tuban, Jawa Timur, usai Lebaran Ketupat lalu. Selang seminggu, mulai ada kasus sapi mati positif PMK.

“Yang beli sapi dari Jatirogo itu, seminggu kemudian sapinya mati, kemudian menyebar ke tetangga lain,“ ungkap Kemis.

Gejala dari sapi yang terserang PMK terdapat luka pada bagian hidung, di dalam mulut dan gusi ternak seperti terkena sariawan. Selain itu, air liurnya menetes sangat banyak. Sapi pun menjadi menurun selera makannya. Sedangkan di bagian kaki, mengalami bengkak.

Kalau peternak sabar memberikan makan, kemungkinan sapi kuat bertahan. Tapi kalau dibiarkan, lama kelamaan sapi lemas dan akhirnya mati.

“Jadi sapi harus didulang (disuapi) makannya, sehingga bisa bertahan. Tapi kalau nggak didulang, dibiarkan, akhirnya ya mati mas,“ terangnya.

Kemis menambahkan sapi yang mati, ditaksir per ekor harganya di atas Rp 17 Jutaan.

Saat ini peternak di Dusun Gobok sebatas melakukan isolasi sapi di kandang masing-masing, karena keterbatasan tempat.

Baca juga:


Kondisi tersebut memang sempat memukul para peternak, karena biasanya menjelang Hari Raya Iduladha, omset penjualan sapi meningkat pesat. Tapi sekarang menurun drastis, bahkan sapi tidak laku dijual.

“Populasi penggemukan sapi di Dusun Gobok tergolong lumayan banyak. Sapi yang kena PMK sulit untuk gemuk, karena menahan sakit di bagian mulut sama kaki. Ibaratnya sapi sekarang hanya bertahan hidup,“ kata Kemis.

Kemis mengatakan, memiliki lima  ekor sapi yang dideteksi sempat terkena penyakit mulut dan kuku. Untuk pengobatan, ia membuat ramuan terbuat dari kunir, bawang putih dicampur gula jawa, selanjutnya diblender.

Ramuan tersebut diminumkan ke sapi tiap pagi dan sore, guna melawan virus. 

Sedangkan luka pada bagian kuku, disemprot dengan Gusanex, obat semprot yang dibeli dari toko pertanian seharga Rp 170 Ribu.

“Saya kasih ramu-ramuan, alhamdulilah perkembangannya cukup baik dan sudah mau makan ini. Yang kaki bengkak, saya semprot pakai Gusanex, bentuknya seperti semprot pilox,“ bebernya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto menjelaskan pihaknya bersama tim dari Provinsi Jawa Tengah akan turun ke Dusun Gobok Desa Gunungsari,  Senin (06/06) ini, untuk menggelar pengobatan massal.

“Selain penyuntikan dan pengobatan, kami tetap mengimbau peternak melakukan penanganan rutin secara mandiri, agar kasus kematian pada ternak sapi mampu ditekan,“ ungkap Agus.

Melihat perkembangan penyebaran PMK, dua pasar hewan di Pamotan dan Kragan Kabupaten Rembang yang semula ditutup dua kali pasaran, kini diperpanjang sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.  

Editor: Rony Sitanggang

  • Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang
  • Penyakit Mulut dan Kuku
  • Pasar Hewan di Rembang
  • Pasar Hewan
  • PMK
  • Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang
  • wabah PMK

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!