BERITA

Enam Desa di Banyumas Mulai Krisis Air Bersih

""Walaupun libur lebaran namun tim kami tetap siaga, sehingga masyarakat jangan ragu melaporkan jika di wilayahnya mengalami kekeringan," kata Kepala BPBD Banyumas, Ariono Poerwanto."

Enam Desa di Banyumas Mulai Krisis Air Bersih
BPBD mendistribusikan air bersih ke desa yang terdampak kekeringan di Banyumas, Jawa Tengah (7/6/2017). Sejak beberapa tahun belakangan Banyumas rutin dilanda kekeringan. (Foto: Twitter/@BPBDBanyumas)

KBR, Jakarta - Memasuki awal Juni 2019, enam desa di wilayah Banyumas, Jawa Tengah, mulai mengalami krisis air bersih. Krisis terjadi seiring dengan curah hujan yang menurun.

Hal ini dilaporkan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Ariono Poerwanto.

Ariono mencatat, enam desa yang mulai mengalami kekeringan adalah Desa Banjarparakan, Desa Nusadadi, Desa Karanganyar, Desa Kediri, Desa Srowot dan Desa Pekuncen.

"Permintaan pendistribusian air bersih dari warga Desa Srowot, Kecamatan Kalibagor dan Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang masuk ke kami pada H-1 lebaran 2019," kata Ariono, seperti dikutip dari ANTARA, Jumat (7/6/2019).

Ariono mengatakan, pihak BPBD sudah menyalurkan air bersih ke desa-desa yang terdampak kekeringan. Ia juga menegaskan bahwa timnya akan tetap siaga selama libur lebaran.

"Tim kami tetap siaga selama libur Lebaran untuk menghadapi kemungkinan adanya permintaan dari masyarakat yang membutuhkan air pendistribusian bersih," jelas Ariono.

"Walaupun libur lebaran namun tim kami tetap siaga, sehingga masyarakat jangan ragu melaporkan jika di wilayahnya mengalami kekeringan," tambahnya.

Arianto mengaku pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap wilayah-wilayah lain di Kabupaten Banyumas yang berpotensi mengalami kekeringan.


Banyumas Rawan Kekeringan

Krisis air bersih rutin terjadi di Banyumas sejak beberapa tahun belakangan.

Menurut Komandan Tim Reaksi Cepat BPBD Banyumas, Kusworo, mata air di wilayah itu semakin jarang ditemukan, entah karena debit airnya mengecil atau hilang sama sekali.

Kusworo menilai, salah satu penyebab kekeringan adalah maraknya alih fungsi lahan resapan air menjadi lahan pertanian musiman, serta pembangunan perumahan dan infrastruktur yang banyak menggunakan beton, cor, dan aspal.

September 2018 lalu ada 28 desa di Banyumas yang mengalami kekeringan. Krisis air bersih sempat mereda sepanjang musim hujan periode akhir 2018 sampai awal 2019, kemudian terjadi lagi mulai penghujung Mei 2019.

Menurut laporan Ariono, pada Jumat pekan lalu (31/5/2019) BPBD Banyumas punya sekitar tiga armada tangki air bersih, dengan kapasitas 5.000 liter per tangki.

Sampai hari ini, Jumat (7/6/2019), persediaan air tersebut sudah didistribusikan ke enam desa yang terdampak kekeringan.

Baca Juga: Dampak Kekeringan di Banyumas Meluas, BPBD Kesulitan Siapkan Pasokan Air 

(Sumber: ANTARA)

Editor: Agus Luqman

  • banyumas
  • Jawa Tengah
  • kekeringan
  • krisis air bersih
  • air bersih
  • BPBD
  • kemarau

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!