HEADLINE

Terdampar di Perairan Aceh, 44 Imigran Srilanka Lanjutkan Perjalanan

"Juru Bicara Pemprov Aceh Frans Delian mengatakan, telah merampungkan perbaikan kapal, memberikan bantuan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan menyuplai stok logistik untuk perjalanan para imigran."

Agus Lukman , Nurika Manan

Terdampar di Perairan Aceh, 44 Imigran Srilanka Lanjutkan Perjalanan
Para imigran Srilanka di atas kapal dan menolak meninggalkan perairan Aceh di Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. (Foto: Antara)

KBR, Jakarta - Pemerintah Provinsi Aceh hari ini (Jumat 17/6/2016) memberangkatkan 44 imigran Tamil, Srilanka yang sebelumnya menepi di Pantai Kapuk, Lhoknga, Aceh Besar. Juru Bicara Pemprov Aceh Frans Delian mengatakan, pihaknya telah merampungkan perbaikan kapal, memberikan bantuan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan menyuplai stok logistik untuk perjalanan para imigran.

"Sudah dua hari ini Pemprov membuka dapur umum, pagi siang dan malam. Kapal juga sudah diperbaiki, sudah selesai. Lalu BBM juga sudah ditambahkan untuk bekal mereka melakukan perjalanan. Begitu juga dengan stok logistik, juga ada tim medis yang mengecek kesehatan sebelum melakukan perjalanan," jelas Frans saat dihubungi KBR, Jumat (17/6/2016).

Pemberian bantuan logistik, lanjutnya, menyesuaikan dengan permintaan para imigran. Selain itu, Pemprov Aceh juga memberikan bantuan oli dan tujuh ton BBM.

Frans pun mengatakan, tim medis Pemprov telah mengecek kondisi kesehatan seluruh imigran dan memastikan seluruh penumpang aman sebelum pemberangkatan.

"Kondisi mereka sehat semua, berdasarkan pengecekan kesehatan. Memang ada satu yang hamil, enam bulan. Masalah jalur itu saya rasa pemerintah pusat dan imigrasi juga sudah koordinasi," imbuhnya.

Juru Bicara Pemprov Aceh Frans Delian mengaku tak menyiapkan kamp pengungsian untuk para imigran tersebut. Ia berdalih, memo Wakil Presiden Jusuf Kalla hanya meminta pemerintah setempat memberikan izin mendarat. Lagipula, kata dia, pihaknya telah menyediakan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan harian para pengungsi di atas kapal.

"Karena memang arahannya mendarat, lalu kan sudah diizinkan mendarat. Kami kan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat, soal pengungsi ini ya ranahnya Imigrasi. Sementara Pemprov itu ya memperbaiki kapal, BBM, oli, logistik, kesehatan itu sudah dipenuhi semua," katanya.

Saat ini kata dia, Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan jajarannya tengah menuju lokasi menepinya kapal imigran di Lhoknga. "Direncanakan hari ini sudah bisa melanjutkan perjalanan, hanya ini menunggu masih ada proses sedikit dari imigrasi yang harus dilaksanakan. Rencananya hari ini akan dibantu untuk memasuki perairan internasional. Ini sekarang, Pak Gubernur sedang menuju ke lokasi untuk mengetahui kondisi terakhir di sana," ujarnya.


Absennya Peraturan dan Sistem Penanganan Pengungsi

Koalisi LSM hak asasi manusia di Aceh mendesak pemerintah membuat peraturan atau sistem penanganan khusus bagi pengungsi atau imigran.

Pasalnya, menurut Direktur Koalisi NGO HAM Aceh, Zulfikar Muhammad selama ini penanganan imigran yang terdampar di Indonesia butuh waktu lama dan tidak utuh. Desakan itu disampaikan menyoroti nasib yang dialami imigran asal Sri Lanka yang terdampar di pantai Lhoknga Aceh selama berhari-hari.

"Jadi Pemerintah Aceh bisa memanfaatkan daratannya agar pengungsi bisa beraktivitas secara nyaman, kan di kapal mereka desan-desakan," jelas Zulfikar kepada KBR, Jumat (17/6/2016).

Direktur Koalisi NGO HAM Aceh, Zulfikar Muhammad menambahkan sebagai negara yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan hak asasi manusia, Indonesia semestinya tidak terpaku pada masalah administrasi keimigrasian terkait penanganan bagi imigran yang membutuhkan pertolongan.

Apalagi, kata dia, kemungkinan akan ada banyak kapal imigran menuju Australia yang terdampar atau terkatung-katung di perairan Indonesia karena cuaca buruk atau kerusakan mesin.

Dia pun melanjutkan, Indonesia memang bukan negara yang meratifikasi aturan internasional tentang pengungsi. Jadi, jika ada imigran terdampar di Indonesia tidak ada kewajiban bagi pemerintah Indonesia untuk menampung para imigran itu. Namun, sebagai negara beradab, pemerintah bisa melakukan kegiatan kemanusiaan dengan membantu menangani para imigran tersebut.

"Kalau mereka lapar, kita kasih makan. Kalau mereka sakit, kita obati dulu. Kalau anak-anaknya masih trauma, terdampar di laut sampai satu bulan lebih, dipulihkan dulu. Psikososial dulu. Biar dia main-main dulu di darat, istirahat nyaman," kata Zulfikar Muhammad.


Terdampar Karena Mesin Kapal Rusak

Sejak Sabtu (11/6/2016) lalu, 44 imigran Tamil termasuk seorang perempuan hamil dan 9 anak-anak, terdampar di perairan Lhoknga setelah kapal mereka mengalami kerusakan mesin. Para imigran itu tidak diperkenankan mendarat oleh otoritas Aceh lantaran tak memiliki dokumen perjalanan yang sah.

Namun kemudian, pada Rabu lalu (15/6/2016) Wakil Presiden Jusuf Kalla menerbitkan memo yang meminta Pemprov Aceh memberi izin puluhan imigran itu menepi.

"Kemarin saat sudah diizinkan mendarat, kan imigrasi juga melakukan pengecekan satu per satu. Karena kan mereka sama sekali tidak ada dokumen. Makanya dikelola pihak imigrasi," ujar Juru Bicara Pemerintah Provinsi Aceh, Frans Delian. 

Menurut informasi yang diterima Pemprov Aceh, para imigran itu hendak melakukan perjalanan ke Australia. Namun kata Frans, kapal diduga kehabisan oli sebab mesin kerapkali mati setiap perjalanan baru mencapai dua kilometer.

"Sebenarnya logistik mereka tidak masalah, karena saat terdampar itu logistik masih banyak. Seperti bantuan gula dari kami itu ditolak. Kemungkinan karena mesin rusak, karena olinya habis jadi tidak bisa panas," cerita Frans kepada KBR.

Puluhan imigran ini sebelumnya sempat menolak untuk kembali naik ke kapalnya dan melanjutkan perjalanan. Beberapa di antaranya melompat ke daratan di Pantai Pulo Kapuk, Aceh Besar. Namun kemudian, petugas imigrasi dan anggota TNI membujuk para imigran itu untuk kembali naik ke kapal.

  • imigran ilegal
  • Imigran Tamil
  • Imigran Srilanka
  • Aceh
  • Pemprov Aceh
  • Imigran Terdampar
  • Perairan Aceh

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!