BERITA

Jelang Ramadan, Kelompok Kejawen Gelar Ritual Punggahan

"Setidaknya ada seribu orang yang ikut dalam ritual ini."

Jelang Ramadan, Kelompok Kejawen Gelar Ritual Punggahan
Para pria dewasa kelompok Islam kejawen dan penghayat kepercayaan memikul ubo rampe untuk diserahkan kepada Juru Kunci Panembahan Bonokeling, Pakuncen Banyumas. Foto: Muhammad Ridlo susanto

KBR, Cilacap – Sejumlah kelompok penganut kepercayaan, Islam kejawen, dan pelestari adat di Cilacap, Jawa Tengah menggelar ritual tahunan Punggahan menyambut Ramadan 2016. Mereka berjalan puluhan kilometer ke Makam Panembahan Bonokeling, Banyumas. Setidaknya ada seribu orang yang ikut dalam ritual ini.

Pemangku Adat Paguyuban Resik Kubur Rasa Sejati (PRKRS) Kalikudi Kecamatan Adipala, Perna Gupala mengatakan, punggahan adalah kegiatan ziarah yang dilakukan keturunan dan pengikut ajaran Penembahan Bonokeling. Ritual dilakukan di pepunden yang ada di Komplek Cagar Budaya Makam Bonokeling di Pakuncen Kabupaten Banyumas. 

"Hari Kamis ini bulan Sadran, karena hari besar untuk ritual Rasa Sejati itu kan  bulan Sadran nanti ziarah makam Bonokeling di Pakuncen, Jatilawang. Di hari kamis manis kita berangkat. Kalau ritual besarnya, hari Rabu kita istilahnya dandan, mempersiapkan ubo rampe slametan yang akan dibawa ke sana. Kamis pagi kita berangkat. Ritual besarnya di sana hari Jumat. Sabtu baru pulang," jelasnya. 

Perna Gupala menjelaskan, ritual ini sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Menurut dia, Punggahan merupakan bagian tak terpisahkan dari penganut kepercayaan untuk membersihkan diri menjelang Ramadan.

Dalam ritual tersebut, peziarah membawa beragam bahan makanan untuk seserahan kepada juru kunci Panembahan Bonokeling. Mereka akan melakukan ritual selama tiga hari hingga Sabtu dini hari. Pada Sabtu pagi, keturunan dilepas oleh juru kunci ke kediamannya masing-masing.

Editor: Sasmito

  • Jelang Ramadan
  • aliran kepercayaan
  • cilacap

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!