BERITA

Pantau Kualitas Kopi, Bondowoso Terjunkan Pengawas Khusus

"Ini untuk memastikan seluruh proses sudah sesuai dengan standar yang ditentukan."

 Pantau Kualitas Kopi, Bondowoso Terjunkan Pengawas Khusus
Sejumlah pekerja sedang menyortir kopi sesaat setelah dipanen di Unit Pengolahan Hasil (UPH) Desa Sukorejo, Sumber Wringin, Bondowoso. (Foto : KBR/Friska Kalia)

KBR, Bondowoso– Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur membentuk tim Satuan Pengawas Internal (SPI) untuk memastikan kualitas dan cita rasa kopi Bondowoso tetap terjaga.

Satuan Pengawas Internal (SPI) ini terdiri dari tingkatan yakni pengawas ditingkat kelompok, pengawasan Indikasi Geografis hingga SPI tingkat Kabupaten. Ketua SPI Bondowoso, Suryadi mengatakan, pengawas ini bertugas memastikan seluruh proses sudah sesuai dengan standar yang ditentukan.

“Yang akan diawasi oleh SPI adalah pelaksanaan budidaya tanaman. pengawasan atau penilaian terhadap proses produksi hingga hasil akhir produksi.  Ini untuk memastikan semua sudah sesuai dengan standar yang ada,” ungkap Suryadi yang juga ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Java Ijen Raung kepada KBR, Senin (20/6/2016).

Dijelaskan Suryadi, tim dari SPI ini terdiri dari petani, pakar kopi serta pemantau dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Pengawasan ini juga dibuat sesederhana mungkin sehingga tidak menyulitkan para petani kopi tanpa mengenyampingkan standar yang ditetapkan.

“Jadi kita pastikan kopi yang diawasi berada di kawasan yang terdaftar dalam Indikasi Geografis Java Ijen Raung. Selain itu, kami juga memastikan bahwa pupuk yang digunakan adalah pupuk organik. Ini pengaruh ke cita rasa kopi,” pungkasnya.

Kopi asal Bondowoso sendiri sudah memiliki sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan HAM sejak 2013 lalu. Sertifikat IG Java Ijen Raung ini menjadi salah satu dari 9 kopi di Indonesia yang juga telah terdaftar sebagai kekayaan intelektual Indonesia. 

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bondowoso mengatakan, kualitas kopi yang dihasilkan petani Bondowoso menjadi daya tarik utama buyer dari berbagai negara.  

“Terakhir dari Korea Selatan yang minta kiriman 20 ton setiap bulan. Itu belum pembeli dari dalam negeri yang juga banyak. Sementara stok dalam negeri juga harus kita cukupi. Jadi konsentrasi antara ekspor yang mengangkat nama daerah dan juga untuk kebutuhan dalam negeri,” kata Muhammad Erfan kepada KBR, Selasa (7/6/2016).

Permintaan kopi juga makin meningkat pasca Bupati Amin Said Husni mendeklarasikan Bondowoso sebagai Republik Kopi, Mei lalu. Kata Erfan, saat ini produksi kopi arabika dalam 1 tahun sebesar 2.000 ton. Pihaknya akan melakukan langkah peremajaan lahan kopi untuk meningkatkan produksi. 

Saat ini tercatat luas lahan kopi di Bondowoso mencapai 7.000 hektar lebih kopi arabika dan 5.500 hektar lahan kopirobusta. Cita rasa dan kualitas kopi Bondowoso yang tinggi membuat kopi asal lereng Ijen Raung ini sudah di ekspor ke berbagai negara di Amerika dan Eropa. 


Editor: Malika

  

  • Bondowoso
  • kopi bondowoso

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!