BERITA

Di Bondowoso, Guru Ngaji Sudah Meninggal Tetap Terima Bantuan

Di Bondowoso, Guru Ngaji Sudah Meninggal Tetap Terima Bantuan
Ilustrasi Mengaji. Foto: Antara

KBR, Bondowoso – Program bantuan keuangan yang diberikan kepada ribuan guru ngaji di Bondowoso, Jawa Timur, memunculkan banyak kejanggalan. Anggota DPRD Bondowoso yang juga Ketua Fraksi PDIP, Andi Hermanto mengatakan, hal tersebut terjadi karena tidak validnya data yang digunakan Pemerintah Daerah dalam penyaluran bantuan tersebut.

Selain itu, F-PDIP mempertanyakan dasar hukum penyaluran bantuan guru ngaji di Kecamatan Wonosari yang tidak termasuk dalam daftar penerima bantuan yang disepakati dalam dokumen APBD 2014 lalu. Kata Andi, setidaknya ada 300 guru ngaji di Kecamatan Wonosari yang menerima bantuan tanpa dasar hukum yang jelas.


“Verifikasi yang dilakukan tidak ada hasilnya. Terbukti bantuan guru ngaji yang masing – masing mendapatkan Rp.800 ribu per orang tercatat sebanyak 5.665 penerima. Masalahnya Kecamatan Wonosari tidak tercantum dalam APBD tapi tapi ternyata menerima bantuan itu. Artinya pengelolaan anggaran semrawut,” kata Andi Hermanto kepada KBR.


Kejanggalan lain juga disampaikan Fraksi Gerindra dan Nasdem yang menilai data yang digunakan Dinas Sosial merupakan data lama yang tidak pernah diperbaharui. Juru bicara Fraksi Nasdem, Adi Susmito mengatakan, pihaknya banyak menemukan guru ngaji yang terdaftar sebagai penerima bantuan sudah meninggal dunia, tidak aktif mengajar, bahkan pindah domisili.


Berdasarkan penelusuran KBR, Pemkab melalui Dinas Sosial kembali menyalurkan bantuan guru ngaji di tahun 2015 ini. Tidak berbeda dengan data tahun 2014 lalu, tahun ini jumlah penerima juga tercatat sebanyak 5.665 guru ngaji dengan total anggaran Rp. 4 milyar lebih. Sementara itu, Kepala Dinas Sosial, menolak untuk memberikan keterangan terkait mencuatnya kritik soal bantuan ini.


Editor : Sasmito Madrim

  • Program
  • Bantuan
  • Ngaji
  • janggal
  • Bondowoso

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!