NUSANTARA

Merasa Tak Bersalah, Tapol Papua Tolak Grasi Presiden

"Sejumlah tahanan politik (tapol) di Papua menolak rencana pemberian grasi bebas kepada mereka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono."

Danu Mahardika

Merasa Tak Bersalah, Tapol Papua Tolak Grasi Presiden
tapol, papua, grasi, SBY

KBR68H, Jakarta - Sejumlah tahanan politik (tapol) di Papua menolak rencana pemberian grasi bebas kepada mereka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Perwakilan Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua, Agustinus Okamakosae mengatakan para tapol merasa selama ini mereka tidak bersalah karena telah memperjuangkan hak-hak rakyat Papua. Mereka tak mau menerima grasi karena harus bersedia mengaku bersalah. Apalagi setelah diberikan grasi mereka dilarang melakukan kegiatan politik melawan pemerintah Indonesia.
 
"Kalau diberikan grasi, berarti itu sudah jelas bahwa ada syarat-syarat. Harus wajib lapor, tidak boleh melakukan aktivitas politik, semua kesalahan mereka harus mengakuinya. Misalnya kami selama ini sudah salah kepada pemerintah Indonesia, selanjutnya kami tidak akan melakukannya lagi. Harus mengakui itu. Tapi mereka tolak (grasi) karena mereka tidak bersalah. Mereka memperjuangkan aspirasi rakyat Papua itu sudah benar," kata Agustinus.

Agustinus Okamakosae menambahkan, hingga saat ini total ada sekitar 76 tahanan politik yang tersebar di penjara-penjara di Papua. Sebagian besar tahanan ini ditangkap dan dijerat pasal tentang makar saat berunjukrasa memperjuangkan hak-hak masyarakat Papua.

Tahun ini Pemerintah berencana memberikan grasi bebas pada para tapol di tanah Papua dalam rangka program otonomi khusus plus. Bahkan pemerintah menawarkan mereka jabatan dalam pemerintahan dengan syarat tidak melanjutkan aktivitas politik melawan Pemerintah Indonesia

Editor: Antonius Eko

  • tapol
  • papua
  • grasi
  • SBY

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!