NUSANTARA

Menyulap Kayu Sisa Mebel Menjadi Miniatur Menara Kudus

"KBR68H,Kudus - Limbah kayu sisa mebel biasanya hanya menjadi sampah atau dijual untuk kayu bakar sebagai bahan bakar alternatif di tengah sulitnya mencari gas LPG 3kg."

Menyulap Kayu Sisa Mebel Menjadi Miniatur Menara Kudus
sisa mebel, miniatur menara kudus, industri kreatif, hariyanto

KBR68H,Kudus - Limbah kayu sisa mebel biasanya hanya menjadi sampah atau dijual untuk kayu bakar sebagai bahan bakar alternatif di tengah sulitnya mencari gas LPG 3kg. Di tangan kreatif Hariyanto, kayu sisa-sisa potongan mebel ini disulap menjadi souvenir miniatur menara Kudus. Harga jualnya pun menjadi berlipat ganda, dari limbah kayu yang dibeli Rp.15.000,- perkarung, setelah menjadi souvenir miniatur menara harganya bervariasi dari puluhan ribu hingga 2 juta rupiah.

Di rumahnya di RT 04/II Desa Bacin Kecamatan Bae Kudus Jawa Tengah, Hariyanto mengerjakan sendiri souvenir hasil kreasinya. Potongan-potongan kayu limbah mebel yang dibeli tak jauh dari rumahnya, dipilah dulu dipisahkan menurut ukuran.

Karena dibeli perkarung, ukuran potongan limbah kayu ini bervariasi, untuk itulah Hariyanto menyiasati dengan membuat miniatur menara kudus dalam 5 variasi ukuran. Untuk potongan kayu yang berukuran agak besar akan dibuat miniatur ukuran besar, sisanya untuk ukuran yang lebih kecil begitu seterusnya sampai ukuran paling kecil masih bisa dimanfaatkan sehingga tak ada limbah yang terbuang.

Setelah dipilah, potongan kayu limbah kemudian dipotong-potong menjadi beberapa bagian bangunan menara, ada bagian bawah, tengah dan bagian atap menara, selain itu juga untuk bagian assesoris menara seperti pintu, tangga dan atap menara. Setelah siap, tangan terampil Hariyanto mulai merangkai bagian-bagian tadi menjadi bagunan menara utuh. Untuk bagian yang ukurannya cukup besar digunakan paku untuk menyatukannya, sedangkan untuk assesoris yang berukuran kecil digunakan lem perekat kayu.

Langkah selanjutnya tinggal memberikan sentuhan akhir, miniatur menara dihaluskan menggunakan amplas kayu, kemudian dicat dengan cara disemprot menggunakan kompresor. Cara pengecatan seperti ini diyakini memberikan hasil yang rapi dan terlihat elegant. Siapa sangka souvenir miniatur menara kudus yang cantik ini terbuat dari limbah.

Tiap satu karung limbah kayu, biasanya bisa jadi 20 miniatur menara kudus ukuran sedang atau 30 miniatur ukuran kecil tergantung potongan limbahnya. Dalam satu hari, Hariyanto bisa menyelesaikan sepuluh miniatur dalam ukuran sedang atau 15 ukuran kecil. Sedangkan untuk miniatur ukuran jumbo, dengan ketinggian sekitar satu meter biasanya dapat selesai dalam satu minggu.
Untuk urusan pemasaran, Hariyanto masih mengandalkan pasar lokal yaitu para peziarah makam Sunan Kudus. Heriyanto menitipkan souvenir miniatur menara kudusnya kepada para pedagang souvenir dan oleh-oleh yang berderet diseputar area Masjid Menara Kudus.

Menjelang Ramadhan, dipastikan jumlah pengunjung akan bertambah. Selain pengunjung reguler yang ingin berziarah ke makam Sunan Kudus, Kabupaten Kudus punya event budaya tahunan menyambut Ramadhan bernama "Dandangan". Pada event ini jalan-jalan seputar Menara Kudus akan ditutup dan berubah menjadi semacam pasar malam, selama satu bulan. Pada saat ini Hariyanto bisa kebanjiran order, bahkan permintaan bisa naik 100 persen.

Meski permintaan naik, namun Hariyanto mengaku tak bisa meningkatkan kapasitas produksinya yang masih dikerjakan manual. "sebenarnya disaat banyak permintaan saya ingin menambah tenaga kerja, tapi tidak ada modal untuk menggaji". katanya memberi alasan.

Hingga saat ini belum ada perhatian serius dari pemerintah setempat, Heriyanto berharap ada bantuan baik berupa modal kerja maupun peralatan. Meski dihadang keterbatasan modal, Hariyanto mengaku bersyukur ide kreatifnya bisa menghasilkan pendapatan untuk keluarga.

Editor: Doddy Rosadi

  • sisa mebel
  • miniatur menara kudus
  • industri kreatif
  • hariyanto

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!