HEADLINE

Sejumlah Bahasa Daerah di Papua Terancam Punah

"Di Biak misalnya, di Pulau Mapia itu hanya ada satu orang penutur. "

Sejumlah Bahasa Daerah di Papua Terancam Punah
Presiden Joko Widodo menggendong dua anak Papua saat kunjungan kerja beberapa waktu lalu. (Foto: antaranews.com)

KBR, Papua- Sejumlah bahasa daerah milik berbagai suku di Papua saat ini nyaris punah. Pengkaji Bahasa dan Sastra di Balai Bahasa Provinsi Papua Anthonius Maturbongs mengatakan total ada sekitar 384 bahasa daerah di Papua dan Papua Barat. Kini, beberapa di antaranya terancam punah, seperti bahasa daerah suku-suku yang ada di Kota Jayapura. 

Kepunahan itu karena bahasa daerah tersebut hanya dituturkan segelintir orang saja, terutama orangtua. Sementara generasi milenial semakin gengsi untuk menuturkan bahasa daerahnya sendiri.

"Bahasa bahasa daerah di Papua ini hampir punah. Saya ambil contoh hasil riset kami di Kota Jayapura, khusus untuk bahasa Tobati, Enggros, Kayu Pulo dan Skouw dari hasil kajian ilmiah kami, kami prediksi bahwa lima atau 10 tahun yang akan datang bahasa-bahasa yang ada ini akan punah. Di Biak misalnya, itu di Pulau Mapia itu hanya satu orang penutur. Itu sudah kategori punah," kata Pengkaji Bahasa dan Sastra di Balai Bahasa Provinsi Papua Anthonius Maturbongs kepada KBR pada Senin (17/5/2021).

Pengkaji Bahasa dan Sastra di Balai Bahasa Provinsi Papua Anthonius Maturbongs menjelaskan salah satu penyebab punahnya bahasa daerah milik para suku adalah, generasi yang lebih tua tidak mengajarkannya kepada generasi muda. 

Anthonius berharap pemerintah dan masyarakat adat peduli dengan kelestarian bahasa daerah. Misalnya, dengan menerbitkan peraturan daerah yang khusus melindungi dan melestarikan bahasa daerah.

Editor: Fadli Gaper

  • Papua
  • Bahasa Daerah di Papua
  • Bahasa Papua
  • Biak
  • Pulau Mapia
  • Punah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!