BERITA

Dipecat Perusahaan Kelapa Sawit, Ratusan Warga NTT Telantar Di Palangkaraya

"Tenaga kerja asal NTT itu dipecat karena melakukan unjuk rasa menuntut hak mereka sebesar 30 persen bersama serikat pekerja kelapa sawit."

Dipecat Perusahaan Kelapa Sawit, Ratusan Warga NTT Telantar Di Palangkaraya
Ilustrasi pekerja kelapa sawit telantar. Foto: Antara

KBR, Belu - Pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) berencana mengirim tim untuk memulangkan ratusan warga Belu yang dilaporkan telantar di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ratusan warga itu diberhentikan oleh perusahaan kelapa sawit di Palangkaraya.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTT, Bruno Kupok mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Belu terkait rencana tersebut.


"Saya sudah dapat beberapa SMS dan ini kita sudah koordinasi dengan Pemda Belu tempat asal dari para TKI. Dan itu ada mereka pernah mengirim mulai tahun 2012 sampai terakhir tahun 2015. Jadi ada lima angkatan. Menyangkut jumlah ini memang berfariasi yang saya katakan. Jadi atas dasar informasi itu kami sudah ada koordinasi ditingkat pihak terkait dengan dinas sosial provinsi dan juga dengan dewan. Jadi kita sepakat nanti dalam waktu dekat ini kita turunkan tim," kata Bruno Kupok di Kupang, Rabu (11/5).


Bruno Kupok menambahkan pihaknya memperoleh informasi tersebut saat ada kunjungan komisi IX DPR RI ke Palangkaraya dan mendapat pesan singkat dari warga NTT yang tinggal di Kalimantan.


Dia mengatakan, para tenaga kerja asal NTT itu dipecat karena melakukan unjuk rasa menuntut hak mereka sebesar 30 persen bersama serikat pekerja kelapa sawit. Kini ratusan pekerja asal NTT itu ditampung di sebuah gereja. Dia berharap para tenaga kerja asal NTT itu bisa dipulangkan ke kampung halamannya.

Editor: Sasmito Madrim

  • NTT
  • Pemkab Belu
  • perusahaan sawit
  • PHK Buruh
  • serikat pekerja

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!