NUSANTARA

Pantai Lampon Banyuwangi Tercemar Merkuri

"Pantai Lampon di Banyuwangi Jawa Timur tercemar bahan kimia cukup parah. Peneliti dari Universitas 17 Agustus Banyuwangi, Susintowati mengatakan pantai itu mengandung merkuri cukup tinggi yang berasal dari sisa tambang emas tradisional."

Hermawan

Pantai Lampon Banyuwangi Tercemar Merkuri
pencemaran, merkuri, pantai lampon, banyuwangi

KBR68H, Banyuwangi – Pantai Lampon di Banyuwangi Jawa Timur tercemar bahan kimia cukup parah. Peneliti dari Universitas 17 Agustus Banyuwangi, Susintowati mengatakan pantai itu mengandung merkuri cukup tinggi yang berasal dari sisa tambang emas tradisional.

Dari penelitian yang dilakukan selama dua tahun sejak 2010, kadar merkuri sudah masuk ke tubuh siput dan kerang laut. Sejauh ini belum diketahui apakah merkuri sudah mencemari ikan di kawasan pantai. Namun ia menilai kemungkinan ikan juga  sudah ikut tercemar limbah mercuri.

”Indikator lingkungan inilah yang menandakan bahwa walaupun tambang emas atau istilahnya penggelondongan emas yang ada di Lampon ini dalam skala yang sangat kecil itu bisa mencemari biota yang ada di perairan laut. Terus kemudian setelah saya analisis lagi tidak hanya mengakumulasi merkuri tetapi mereka bisa merusak hepato pangkreas dari sifut. Kalau ini adalah hanya mahluk kecil bagai mana dengan mahluk yang lebih besar lagi katakanlah ikan,” kata Susintowati.

Peneliti lingkungan dari Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Susintowati menambahkan aktivitas penambangan emas tradisional di daerah itu sudah berdampak serius pada lingkungan pantai.

Sementara itu Direktur Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Timur Ony Mahardika mengatakan penambangan mineral baik skala kecil maupun besar akan merusak ekosistem dan berdampak kepada kesehatan masyarakat sekitar.

Editor: Antonius Eko

  • pencemaran
  • merkuri
  • pantai lampon
  • banyuwangi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!