NUSANTARA

14 Ribu Sarjana di Aceh Menganggur

"Menurut data pada Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, sebanyak 14.970 orang sarjana keluaran dari berbagai Universitas di Aceh menganggur atau tidak mempunyai pekerjaan."

Radio Antero FM

14 Ribu Sarjana di Aceh Menganggur
sarjana, banda aceh, menganggur

KBR68H, Banda Aceh- Menurut data pada Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, sebanyak 14.970 orang sarjana keluaran dari berbagai Universitas di Aceh menganggur atau tidak mempunyai pekerjaan.

Sementara angkatan kerja lulusan Universitas di Aceh mencapai 157.602 orang dan yang sudah bekerja sebanyak 142.632 orang.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Hermanto mengatakan berdasarkan  data Februari 2013, angkatan kerja di Aceh masih didominasi oleh lulusan pendidikan dasar yang mencapai 733 ribu orang atau 37,73 persen. Diikuti pendidikan SLTA yang mencapai 490 orang atau 25,21 persen dan SLTP sebesar 413 ribu orang atau 21,24 persen, sedangkan angkatan kerja dari pendidikan diploma dan Universitas mencapai 236 ribu orang atau 12,15 persen.

“Kalau berdasarkan pendidikan, lulusan Universitas yang belum bekerja ada 9,50 persen, sedangkan untuk SD kebawah hanya 4,53 persen, nah ini fenomena yang menggambarkan bahwa banyak tenaga kerja yang tidak terdidik yang terserap di Aceh,”lanjutnya.

Hermanto menambahkan berdasarkan data itu diketahui, pengangguran tertinggi berasal dari jenjang pendidikan SLTA yang mencapai 59.818 orang, disusul lulusan SLTP sebesar 40.344 orang kemudian tamatan SD sebanyak 34.806 orang, Universitas 14.970 orang, diploma 14.898 orang dan SMK sebanyak 12.992 orang.

“Kedepan kita harapkan semakin banyak tenaga kerja di Aceh yang terdidik, sehingga pendidikan dari tenaga kerja di Aceh tidak lagi di dominasi oleh tamatan SD,melainkan didominasi minimal oleh pendidikan SLTA,”pungkasnya.

Sumber: Radio Antero FM

  • sarjana
  • banda aceh
  • menganggur

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!