BERITA

Aktivis Lingkungan Malang Gaungkan Gerakan Puasa Sampah Plastik

Aktivis Lingkungan Malang Gaungkan Gerakan Puasa Sampah Plastik

KBR, Malang- Sejumlah aktivis lingkungan dari 15 organisasi dan komunitas mendeklarasikan puasa sampah plastik di depan Balai Kota Malang, Jawa Timur. Mereka menuntut Pemerintah Kota Malang menyediakan layanan pengolahan sampah mulai dari tingkat rumah tangga. Mereka juga mendesak Pemkot mengeluarkan Peraturan Daerah yang melarang penggunaan sampah plastik sekali pakai.

Koordinator aksi puasa plastik, Alfin mengatakan, pengendalian penggunaan plastik harus segera dilakukan. Ini menyusul adanya penelitian Komunitas Envigreen Society UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang menyebut Kali Brantas telah tercemar limbah yang berasal dari sampah plastik. Kata Alfin, setiap hari, sekitar 2.000 ton sampah asal Malang mengalir ke Kali Brantas.

"Marhaban ya Ramadan, waktunya prei mangan (berhenti makan), prei ngombe (berhenti minum), prei plastik sekali pakai. Setiap hari tas kresek. Sedotan, sachet kita gunakan dan kita buang. Karena pemerintah Kota Malang tak mampu mengolah sampah," kata Alfin dalam orasinya, Kamis (15/4/2021).

Para aktivis meminta Wali Kota Malang, Sutiaji menjadikan bulan puasa sebagai momentum untuk berpuasa membuang sampah plastik ke sungai. Kata dia, sampah plastik terdegradasi dan menjadi mikroplastik yang mengkontaminasi biota sungai. Tak hanya itu, air di Kali Brantas juga menjadi bahan baku air minum warga Gresik, Sidoarjo , dan Surabaya. Jika air tercemar mikroplastik, maka warga secara langsung mengonsumsi air yang terkontaminasi mikroplastik.

“Sungai ini adalah peradaban Jawa Timur, jutaan orang di Sidoarjo, Gresik dan Sidoarjo menggantungkan air minum dari Kali Brantas," jelasnya.

Editor: Friska Kalia

  • sampah plastik
  • plastik
  • mikroplastik
  • perubahan iklim

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!