BERITA

PemKot Mataram Janjikan Bantuan Bagi Jemaah Ahmadiyah di Transito

"Kebanyakan pengungsi kini jadi buruh bangunan dan kuli pasar untuk bertahan hidup "

Hanapi

PemKot Mataram Janjikan Bantuan Bagi Jemaah Ahmadiyah di Transito
Jemaah Ahmadiyah di Transito Ahmadiyah. Foto: Situs Ahmadiyah

KBR, Mataram-  Pemerintah Kota Mataram berjanji akan memberikan bantuan kepada jemaah  Ahmadiyah yang berada di Transito Kota Mataram.  Meski begitu kata Wakil Wali Kota Mataram Mohan Roliskana pihaknya akan memeriksa legalitas para Jemaah Ahmadiyah. “Saya akan cek itu, kalau memang betul mereka semua sudah mendapatkan legalitas, kartu domisili sudah dapat, nanti kita akan masukkan ke dalam kelompok masyarakat yang  mendapatkan raskin atau bantuan seperti itu”, kata Mohan Roliskana (08/04/2016)

Menurutnya kelengkapan dokumen seperti kartu keluarga (KK) dan kartu tanda  penduduk (KTP) menjadi salah satu syarat bagi kelompok masyarakat yang akan menerima bantuan.

Wakil Wali Kota Mataram Mohan Roliskana meminta para jemaah Ahamadiyah untuk tidak lagi membuat kegiatan yang bisa menimbulkan konflik di tengah masyarakat. ”Saya berharap mereka bisa lebih berbaur dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya.”katanya.

Ketua RT pengungsi Ahmadiyah Transito Syahidin yang ditemui terpisah mengatakan dirinya bersama jemaah Ahmadiyah lainya saat ini mencari nafkah dengan cara bekerja serabutan. Syahidin mengatakan kebanyakan pengungsi menjadi buruh bangunan, dan menjadi kuli di pasar untuk bertahan hidup bersama keluarganya.

Sejak 2006 tahun silam, sebanyak 36 KK ( sekitar 136 jiwa ) jemaah Ahmadiyah mengungsi dari desa mereka di Ketapang, Lombok Barat setelah mengalami intimidasi dan kekerasan yang berujung pada pengusiran paksa. Sejak itu mereka tinggal di asrama Transito Mejeluk Mataram. 

Editot: Malika

  • Pengungsi Ahmadiyah Transito Mataram

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!