BERITA

Pemerintah Tambah Pilot untuk Penerbangan di Papua

"Sebelas pilot asal Papua itu akan terbangkan pesawat jenis ATR"

Hermawan Arifianto

Pemerintah Tambah Pilot untuk Penerbangan di Papua
Ilustrasi

KBR, Banyuwangi- Kementerian Perhubungan akan menempatkan 11 pilot baru di Papua, untuk memenuhi kebutuhan penerbangan yang semakin padat di sana. Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan Kementerian Perhubungan Wahyu Satrio Utomo mengatakan, pilot–pilot tersebut merupakan putra asli Papua yang baru lulus Sekolah Penerbangan Loka Banyuwangi Jawa Timur.

Kata dia, belasan pilot ini nantinya akan mengoperasikan pesawat jenis ATR yang melayani antar daerah.  Wahyu mengharapkan tambahan 11 pilot baru ini setidaknya mampu menutupi kekurangan pilot di Papua.

"Kenapa banyak pilot asing? Karena kurang pilot yang mau terbang di Papua. Anak- anak asli Papua sendiri juga tidak terlalu banyak sebagai penerbang selama ini. Inilah program-program pemerintah yang memang kita khususkan mendidik anak Papua ini sebagai penerbang. Kita harapkan dengan tangan pemda bisa mengantikan pilot-pilot asing itu," katanya, Kamis (04/28).

"Kalau sudah anak-anak Papua yang mengenal daerahnya tentunya kan lebih baik. Dan mereka sudah melalui jam terbang cukup tinggi sudah 180 jam mereka, termasuk terbang malam dan lain-lain," kata Wahyu Satrio Utomo (28/4/2016)

Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan Kementerian Perhubungan Wahyu Satrio Utomo menambahkan, pihaknya akan terus menambah porsi putra Kawasan Timur Indonesia KTI untuk ikut pendidikan calon pilot.

Untuk mencari calon pilot di  Papua Kementerian Perhubungan telah bekerja sama dengan Unit Percepatan  Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Selain Pilot, Pemerintah juga akan merekrut petugas bandara asal Papua yang di tugaskan di 54 bandara yang ada di Papua.

Editor: Dimas Rizky

 

  • Pilot
  • penerbangan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!