HEADLINE

Disedot untuk Reklamasi Jakarta, Area Tambak di Serang Berkurang

""Dulu ada yang bisa sampai naik haji dari hasil ini. Modal 5 juta, hasilnya bisa sampai tiga kali lipat. Sekarang nggak bisa," ujar Miqrad."

Disedot untuk Reklamasi Jakarta, Area Tambak di Serang Berkurang
Reklamasi teluk Jakarta. Foto: Antara

KBR, Jakarta - Para petambak Desa Susukan, Kecamatan Tirtayasa, Serang, mengeluhkan area tambak mereka yang berkurang. Pasalnya penyedotan pasir untuk proyek reklamasi Teluk Jakarta mempercepat abrasi di wilayah tambak mereka.

Salah satu perwakilan dari Front Kebangkitan Petani dan Nelayan (FKPN) Banten, Miqrad mengisahkan sebelum ada penyedotan ada ribuan tambak di desa itu. Kini, hanya tersisa 700. Sejak 2012, area tambak menyudut 500 hektar. Penghasilan mereka pun menyusut.


"Dulu ada yang bisa sampai naik haji dari hasil ini. Modal Rp5 juta, hasilnya bisa sampai tiga kali lipat. Sekarang nggak bisa," ujar Miqrad, Rabu (27/4/2016).


Sementara itu, meski Gubernur Banten Rano Karno sudah mengumumkan moratorium proyek, Selasa (21/4/2016) kemarin, namun penyedotan pasir masih berlangsung tiap hari. Di dekat Desa Susukan, menurut Miqrad, tiap hari kapal Queen of Netherland yang disewa PT Jetstar akan diam di kawasan perairan selama tiga jam. Pipa akan keluar dari kanan kiri kapal dan menyedot pasir di bawah. Setelah penuh, baru kembali ke Jakarta.


Akibat semakin sulitnya menambak, banyak petambak sudah alih profesi. "Gara-gara ini banyak yang sudah alih profesi sebagai tukang ojek dan kuli."


Miqrad sendiri mencoba budidaya rumput laut. Namun usahanya sulit menghasilkan karena air tercemar. "Kan butuh oksigen untuk tumbuh. Kalau airnya keruh gitu, bagaimana?"


Foto: Kala Reklamasi Menyisakan Abrasi  

Editor: Quinawaty Pasaribu 

  • reklamasi teluk jakarta
  • petambak banten
  • penyedotan pasir
  • FKPN Banten

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!