BERITA

Bendungan Rusak, Seribuan Hektar Sawah di Kupang Gagal Tanam

"Terjad di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur."

Bendungan Rusak, Seribuan Hektar Sawah di Kupang Gagal Tanam
Ilustrasi Areal Sawah Foto: Antara

KBR, Kupang - Seribuan hektar sawah di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, gagal tanam. Hal ini disebabkan bendungan yang mengairi area persawahan itu rusak. 

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kupang Otniel Boksunis menuturkan, bendungan yang mengairi sawah Bipolo sudah tiga tahun rusak. Karena itu, pemerintah provinsi harus segera melakukan perbaikan, agar petani di Kecamatan Sulamu bisa menanam padi.

"Memang kita sudah ambil langkah koordinasi dengan provinsi. Tapi kewenangan itu ada di provinsi. Sehingga kita memohon meminta balai sungai agar segera melakukan penanganan," kata Otniel Boksunis di Kupang, Minggu (19/4/2015).

"Kurang lebih ada seribu lahan sawah di sana yang mengalami sudah tiga tahun berturut-turut mengalami yang namanya gagal tanam dan gagal panen itu. Dan sampai saat ini malah lebih parah. Ini yang kita harapkan ada langkah konkrit ada perhatian supaya tahun ini segera dibangun. Jika tidak masyarakat akan kesulitan." 

Boksunis menambahkan, bendungan Bipolo itu rusak sejak tahun 2012 lalu karena hujan. Sejak itu, para petani di Bipolo Sulamu tidak menanam padi. 

Ribuan lahan sawah itu dibiarkan begitu saja oleh para petani. Dia mengatakan, petugas dari kantor balai sungai provinsi NTT sudah beberapa kali mensurvei kerusakan bendungan itu, namun belum juga diperbaiki. Dia meminta pemerintah kabupaten Kupang, pemerintah NTT dan Balai Sungai memperbaiki bendungan itu, sehingga seribuan hektar sawah itu bisa dimanfaatkan kembali. 


Editor: Citra Dyah Prastuti

  • NTT
  • kupang
  • lahan pertanian

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!