KBR, Semarang- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menyebut lima kabupaten terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Merapi. Kabid Kedaruratan BPBD Jateng, Diki Ruli mengungkapkan lima daerah yang dihujani abu vulkanik yakni Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Boyolali, Temanggung dan Wonosobo.
"Kita sudah bagikan masker ke warga terdampak abu vulkanik erupsi Merapi," ungkap Diki, Minggu (12/03/23).
Ia menjelaskan, pembagian masker kepada masyarakat terdampak erupsi Merapi, untuk meminimalisir terjadinya penyakit saluran pernafasan imbas dari hujan abu vulkanik.
"Kebetulan cuaca juga tidak ada hujan, jadi sangat rentan sekali masyarakat terkena gangguan pernafasan," jelasnya.
Diki mengatakan telah menyiapkan sejumlah langkah evakuasi dan pendirian dapur umum.
"Kami sudah melakukan komunikasi dengan warga jika memang evakuasi dibutuhkan,"jelasnya.
Baca juga:
- PVMBG: Waspada Aktivitas Vulkanik Gunung Marapi dan Gamalama
- Longsor Natuna Sebabkan Puluhan Warga Hilang, Kepolisian Kirim Anjing Pelacak
Kabid Kedaruratan BPBD Jateng, Diki Ruli meminta kepada masyarakat di sekitar lereng merapi yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) untuk waspada.
"Tolong tetap waspada dan jauhi daerah rawan," imbuhnya.
Sejak Sabtu (11/03) hHingga Minggu (12/03) telah terjadi enam kali erupsi Gunung Merapi. Erupsi disertai guguran lava pijar dan awan panas.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogya menetapkan status Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Level III atau Siaga.
Untuk mengantisipasi potensi bahaya erupsi Gunung Merapi, masyarakat diimbau tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong (sejauh maksimal lima km) serta Sungai Bedog, Krasak, Bebeng (sejauh maksimal tujuh km).
Hingga Senin (13/03) terjadi guguran awan panas pada pukul 05.23 WIB. Guguran dengan jarak luncur 1200m ke arah Barat Daya (K. Bebeng).
Editor: Rony Sitanggang