BERITA

Gas Beracun Kawah Ijen, Dinas Lingkungan Periksa Sumber Mata Air Warga

Gas Beracun Kawah Ijen, Dinas Lingkungan Periksa Sumber Mata Air Warga

KBR, Bondowoso – Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pehubungan Bondowoso, Jawa Timur menyiapkan sejumlah peralatan guna menguji kandungan air di sekitar Gunung Ijen. Ini dilakukan pasca gunung di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso itu mengeluarkan gas beracun, Rabu (21/3/2018).

Kepala Dinas Lingkunan Hidup dan Perhubungan Bondowoso, Sudirman mengatakan timnya bakal memeriksa sumber mata air yang biasa dimanfaatkan warga di lereng Gunung Ijen. Utamanya di bantaran Sungai Kalipait, sekitar tujuh kilometer dari Gunung Ijen.

Langkah ini kata dia, untuk memastikan air yang dikonsumsi warga tidak tercemar dan aman.

"Sungai dan sumber mata air yang ada di sana nanti kami cek kaitannya dengan gas beracun kemarin. Kalau sudah diuji nanti kami akan tahu apakah ada kandungannya dan dampaknya seperti apa," kata Sudirman kepada KBR di Bondowoso, Senin (26/3/2018).

Menurut Sudirman, pemeriksaan kandungan air tersebut kemungkinan akan memakan waktu sebab harus melalui uji labroratorium. Namun sejauh ini, berdasar pemantauan DLHP Bondowoso belum ada keluhan dari warga terkait pencemaran air di sekitar lereng Gunung Ijen.

"Kalau laporan dari warga memang belum ada, tapi ini langkah antisipasi saja mengingat gas beracun kemarin cukup parah hingga mengharuskan warga dirawat. Tanaman juga kan rusak karena gas itu, kami hanya ingin memastikan saja kalau air disana aman," imbuhnya.

red

Aliran Sungai Kalipait di Lereng Kaki Gunung Ijen. (Foto: KBR/Friska Kalia)

Akibat gas beracun dari Kawah Ijen, puluhan warga sempat mendapatkan perawatan medis di puskesmas setempat. Selain itu sekitar 200 warga dari tiga Dusun yakni Curah Macan, Margahayu dan Watu Capil juga diungsikan.

Namun sejak Jumat (23/3/2018) lalu, kondisi di Kecamatan Ijen mulai kondusif. Sejumlah warga yang dirawat di Puskesmas berangsur pulang. Bahkan aktivitas warga pun terlihat kembali normal, meski banyak yang masih menggunakan masker.

Salah satu warga di Dusun Watu Capil, Desa Kalianyar, Supiah saat ditemui KBR pada Jumat (23/3/2018) mengaku masih trauma dengan insiden gas beracun Ijen tersebut. Buruh tani kubis usia 48 tersebut belum pernah mengalami kejadian serupa selama tinggal di lereng Gunung Ijen.

"Sampai rambut saya ini memutih, saya tidak pernah mengalami kejadian seperti itu. Dari dulu tidak pernah ada, baru kemarin saya merasakan dan saya masih takut," ungkap Supiah kepada KBR, Jumat (23/3/2018).

"Yang saya rasakan hanya sesak, tidak bisa bernafas, mata perih seperti diberi cabai, dan tidak bisa bicara," ceritanya lagi.

red

Supiah, saat menceritakan peristiwa keracunan gas dari Kawah Ijen di rumahnya, Dusun Watu Capil, Desa Kalianyar, Kecamatan Ijen, Jumat (23/3/2018). (Foto: KBR/Friska Kalia) 

Menurut Supiah, saat itu ia dan tetangganya hanya berpikir untuk segera meninggalkan rumah dan mencari tempat aman, tanpa tahu penyebab sesak yang mereka rasakan. Penjelasan soal sesak dan mata perih baru diketahui saat tiba di Puskesmas Sempol.

Kisah lain dituturkan Koni (47) salah satu petugas di Pos Paltuding Ijen. Koni bercerita, salah satu korban yakni David (32) ditemukan pingsang bersama rekan-rekannya dalam kendaraan saat hendak perjalanan pulang ke Dusun Plalangan dari Paltuding Ijen.

"Mereka tiba-tiba kembali dan langsung lemas saat membuka mobil, saya tanya ke yang masih sadar ada apa, mereka bilang ada gas beracun dan David sudah pingsan di mobil," ujarnya.

Baca juga:

    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/03-2018/puluhan__orang_terkena_gas_beracun_di__lereng_gunung_ijen_/95456.html">Puluhan Orang Terkena Gas Beracun di Lereng Gunung Ijen</a>&nbsp;<br>
    

  • Gas Beracun Ijen, Warga di 3 Dusun Mengungsi 


Akses ke Gunung Ijen Ditutup

Pasca insiden gas beracun, akses menuju Kawah Ijen masih ditutup baik untuk pendakian ataupun penambangan. Kepala Resot Taman Wisata Alam (TWA) Ijen, Sigit Ari Wibowo beralasan, kondisi Kawah Ijen masih berada di atas ambang batas normal sehingga masih berbahaya untuk keselamatan pendaki.

"Kabar terakhir dari Vulkanologi yang sempat mengukur suhu air di kawah dan kondisi Co2 masih di atas normal. Normalnya 300-400 pm, kemarin dicek masih 600 ppm," kata Sigit Ari Wibowo.

Hal senada diungkapkan Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi Eka Muharram. Kata dia, hasil kajian tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung menunjukkan kawasan sekitar Kawah Ijen masih terpapar gas beracun. Sehingga membahayakan aktivitas manusia.

"Di kawah Ijennya dalam radius 1 kilometer masih berpotensi bahaya terutama pada malam hari,” kata Eka Muharram di Banyuwangi, Senin (26/3/2018).

Baca juga:

Selain itu, Eka melanjutkan, letusan freatik dari dalam kawah pun masih terjadi. Penutupan Gunung Ijen dari aktivitas pedakian dilakukan hingga gunung dengan danau kawah terbesar di Asia ini benar-benar aman dari paparan gas beracun.

BPBD juga mengimbau agar para wisatawan dan penambang belerang tidak memaksakan diri mendaki Gunung Ijen, sebab resiko terkena gas beracun masih sangat tinggi. Untuk memastikan ini, tim gabungan yang terdiri atas petugas BKSDA Jawa Timur, BPBD Banyuwangi, BPBD Bondowoso dan instansi terkait lainnya bersiaga di pintu masuk Gunung Ijen. Langkah ini untuk memastikan kawasan tersebut steril dari kegiatan pendakian maupun penambangan.




Editor: Nurika Manan

  • Kawah ijen
  • gunung ijen
  • gas beracun
  • dampak gas ijen
  • ijen
  • BPBD Banyuwangi
  • Bondowoso

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!