KBR, Lhokseumawe– Lima kecamatan di Kabupaten Aceh Utara; Lhoksukon, Matangkuli, Pirak Timu, Paya Bakong, dan Cot Girek, mengalami krisis air bersih akibat kemarau. Kondisi itu
menyababkan masyarakat terpaksa mengkonsumsi air payau atau sungai.
Tokoh masyarakat kecamatan Lhoksukon, Muhammad menyatakan bencana kekeringan saat ini merupakan yang terparah dalam sebulan terakhir. Kata dia, seluruh sumur warga tidak memiliki sumber air.
"Kalau ada itu pun sangat jauh jaraknya di hutan dengan warna kuning dan kehitaman. Bahkan, ada mengeluarkan bau tak sedap airnya. Makanya, kalau orang mau mandi tentu di dekat parit-parit jalan, mengingat air sumur sudah kering. Sementara, untuk konsumsi air putihnya terpaksa beli Rp 5 ribu per jerigen," kata Muhammad kepada KBR, Senin (03/21/2016).
Ia berharap, Pemda Aceh Utara melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mon Pasee untuk segera mendistribusikan air bersih ke rumah-rumah penduduk. Hal ini sudah selayaknya diprioritaskan, guna mengatasi bencana kekeringan tersebut.
Hal yang sama juga diungkapkan salah seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) Desa Pirak, Kecamatan Matangkuli, Wardani, 39, yang mengaku begitu kesulitan memperoleh air bersih. Bahkan, banyak diantaranya yang memilih mengambil air di saluran irigasi, karena kekeringan.
Sedangkan, untuk keperluan hidup sehari-hari air bersih harus merogoh gocek senilai Rp 5 ribu per jerigen. "Untuk keperluan mandi bisa ambil dari irigasi, kalau untuk minum tentu beli air eceran keliling," keluhnya.
Editor: Dimas Rizky