BERITA

Permintaan Pasar Tinggi, UGM Kembangkan Teknologi Mempercepat Budidaya Wader Pari

Permintaan Pasar Tinggi, UGM Kembangkan Teknologi Mempercepat Budidaya Wader Pari

KBR, Yogyakarta - Ikan wader pari (Rasbora argyrotaenia) merupakan salah satu jenis ikan air tawar asli Indonesia yang cukup populer.

Tingginya permintaan pasar menjadikan ikan ini banyak dieksploitasi secara masif di alam.


Eksploitasi terus menerus belum diimbangi upaya konservasi yang tepat sehingga mengancam keberadaan ikan wader yang sudah jarang ditemukan.


Kondisi tersebut mendorong dosen sekaligus peneliti dari Fakultas Biologi UGM, Dr Bambang Retnoaji mencari solusi untuk menjaga kelestarian ikan wader sekaligus dapat dimanfaatkan potensi ekonominya.


Solusi itu antara lain melalui pemijahan di ruang tertutup dengan suhu tertentu.


"Periode cahaya dengan siklus 14 terang, 10 gelap. Pada awal 2012 dulu kita setting ruangan kecil, karena kita pengen ruangan itu bisa kontrol semua, termasuk intensitas cahaya, temperatur. Supaya ikan ini bisa beradaptasi, " kata Bambang di Laboratorium Struktur dan Pengembangan Hewan Fakultas Biologi UGM, Selasa (4/2/2020).


Pada pemijahan tersebut, temperatur yang dibutuhkan untuk ruangan berkisar antara 25-30 Celcius serta kualitas oksigen terlarut pada kisaran 6-8, pH 6,5-8 dan sirkulasi air dilakukan secara terus-menerus.


"Dengan teknologi budidaya ini reporoduksi ikan bisa berIangsung dua minggu sekali dan menghasilkan sekitar 500 butir telur. Sebelumnya ikan wader pari hanya mampu bereproduksi sekali dalam semusim," ungkap Bambang.


Bambang menjelaskan, alat yang dikembangkan, khususnya pemijahan dirancang dapat digunakan di dalam maupun luar ruangan dengan kondisi yang bisa diatur.


Dengan begitu, pemijahan bisa dilakukan tanpa bergantung musim dan dapat digunakan setiap waktu.


Alat pemijah ikan wader pari terdiri dari rak pemijahan, akuarium utama, akuarium pemijahan, akuarium filter, dan sistem sirkulasi debit air yang dicirikan dengan akuarium pemijahan dengan ijuk sebagai media ikan bertelur.


"Pemijahan dilakukan mulai jam 16.00 sampai dengan jam 07.00 keesokan harinya pada saat telur di panen," kata Bambang.


Bambang mengatakan sudah mempatenkan teknologi pemijahan wader pari yang ia kembangkan itu.


Ia menargetkan peralatan teknologi pemijahan wader pari bisa segera diproduksi masaI sehingga bisa mendukung usaha budidaya ikan wader di Indonesia.  


"Untuk produksi alat, 1 unitnya sekitar Rp 6 juta. Semoga dengan kehadiran teknologi ini bisa mendukung upaya konservasi dan budidaya ikan wader pari di tanah air," katanya.


Pengembangan strategi budidaya ikan wader pari dilakukan bersama dengan para peneliti UGM yang tergabung dalam Aquatic Research Group.


Pemijahan, pembibitan dan pembiakan dilakukan di laboratorium dan selanjutnya budidaya skala massal dilakukan di kolam luar ruangan.


"Budidaya massal dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan petani ikan lokal atau gabungan kelompok petani di Kulon Progo, Sleman, dan Gunungkidul," jelasnya.


Menurut Bambang, melalui kemitraan tersebut dapat dilakukan pemijahan, pembesaran dan penyediaan larva, serta pembesaran dan penyediaan benih siap tebar.


"Selain itu kerja sama pengembangan budidaya ikan wader pari secara insentif juga dilakukan dengan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY. Budidaya dilaksanakan selama periode 2020-2025, " tandasnya.


Editor: Agus Luqman 

  • UGM
  • teknologi terapan
  • Yogyakarta

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!