NUSANTARA

Pengungsi Gunung Kelud Menangis Bayinya Tak Dapat Susu

Pengungsi Gunung Kelud Menangis Bayinya Tak Dapat Susu
Pengungsi Gunung Kelud, Bayinya, Susu

KBR68H, Malang – Pengungsi erupsi Gunung Kelud di GOR Ganesha, Kota Batu, kekurangan susu balita. Wijiati, salah seorang pengungsi dari Desa Kecamatan Kasembon Kabupaen Malang mengaku sejak mengungsi Jumat lalu (14/2), ia belum mendapatkan bantuan susu untuk anaknya yang berusia 25 bulan.

Kata Wiji, dia sudah meminta susu ke petugas konsumsi dan kesehatan di GOR Ganesha, namun hingga kini belum mendapatkan.

“Bantuan susu itu belum, nggak tau, sejak hari pertama itu saya beli sendiri,” terang Wiji sambil berurai air mata, Selasa (18/2).

Soal tidak disediakannya susu balita bagi pengungsi dibantah oleh tim relawan di Posko Pengungsian GOR Ganesha, Ratna. Kata dia, susu dan popok untuk balita selalu disiapkan. Namun, dia mengakui, agak sulit untuk medapatkan susu, karena orang tua harus mengantri untuk mendapatkannya. Posko pengungsian, kata Ratna, juga menyiapkan diapers (popok bayi) dan makanan pendukung ASI (MP ASI).

Pengungsi yang Pulang ke Rumah


Sementara, sebagian warga Desa Lahar Pang, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, sudah mulai kembali ke rumah masing-masing. Namun mereka kesulitan memenuhi kebutuhan makan dan minum, lantaran perabotan serta rumah mereka hancur. Apalagi sumber mata air yang selama ini memenuhi kebutuhan air bersih, tidak berfungsi karena menjadi aliran lahar dingin.

Salah seorang warga Desa Lahar Pang, Ismiati mengatakan, sejak dua hari berada di rumah setelah pulang dari tempat.pengungsian, ia dan keluarganya hanya mengandalkan bantuan makanan dari donatur dan posko logistik yang kebetulan lewat di desanya. Untuk mendapatkan sebungkus nasi dan air mineral, ia terpaksa mencegat di jalan besar, karena tempat tinggalnya sulit dijangkau kendaraan pengangkut bantuan logistik.

“Lahar Pang itu juga banyak, ledokan itu ndak bisa dijangkau mobil, cuma jalan kaki sama kereta saja.  (Makannya gimana, Bu?) ya menunggu kalau ada yang kasih, soalnya kalau di sana ndak ada. Iya kalau kesini dapet, kalau ndak dapet ya habis,” tutur Ismiati.

Desa Lahar Pang terletak di radius lima kilometer dari puncak kawah Gunung Kelud. Desa itu dihuni sekitar tiga ribu kepala keluarga, yang seluruhnya mengungsi saat erupsi Gunung Kelud. Hampir 90 persen rumah penduduk di desa itu rusak saat gunung kelud meletus,  Kamis pekan lalu.

Sementara di Jombang, lebih dari separuh jumlah pengungsi erupsi Gunung Kelud dari Kabupaten Kediri dan Malang sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Saat Gunung Kelud erupsi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jombang mencatat jumlahnya mencapai seribuan. Kini yang masih berada di posko pengungsian hanya sekira 400 jiwa.

Kepala BPBD Jombang, Nurhuda, mengatakan, jumlah pengungsi masih bisa bertambah seiring pemenuhan kebutuhan mereka di posko pengungsian.

"Jumlahnya itu dinamis kalau pengungsi ini, karakternya itu begini, pagi biasanya setelah sarapan itu mereka balik ke rumahnya. Mungkin di sana dia punya ternak, dia punya harta benda-benda yang ada di rumah ini dia pulang, tapi setelah agak siang itu dia balik lagi. Di sini semua kebutuhan dasarnya saya penuhi. Sandang ala kadarnya, papan itu juga ada, terus pangannya juga kami penuhi," kata Nurhuda.

Kepala BPBD Jombang, Nurhuda, menambahkan, sebagian pengungsi mulai meninggalkan posko pengungsian sejak Senin kemarin. Mereka beralasan kondisi Gunung Kelud sudah mulai aman dari jangkauan bahaya erupsi.

Editor: Anto Sidharta

  • Pengungsi Gunung Kelud
  • Bayinya
  • Susu

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!