NUSANTARA

Hanya 25 Persen Warga Sumba Timur Konsumsi Garam Beryodium

"Lembaga PBB untuk anak-anak, UNICEF mengingatkan bahaya penyakit gondok dan pembentukan otak yang tidak sempurna untuk warga di Sumba timur, NTT. Pasalnya, menurut konsultan UNICEF, Sunawang Rahardjo, warga di sana dinilai kurang mengkonsumsi garam beryod"

Heinrich Dengi

Hanya 25 Persen Warga Sumba Timur Konsumsi Garam Beryodium
garam yodium, NTT, unicef

KBR68H, Waingapu - Lembaga PBB untuk anak-anak, UNICEF mengingatkan bahaya penyakit gondok dan pembentukan otak yang tidak sempurna untuk warga di Sumba timur, NTT. Pasalnya, menurut konsultan UNICEF, Sunawang Rahardjo, warga di sana dinilai kurang mengkonsumsi garam beryodium. Sebanyak 75 persen dari mereka tidak mengkonsumsi garam jenis ini.

"Secara umum yodium itu sangat diperlukan pada waktu pertumbuhan janin, pada waktu itu terjadi pertumbuhan otak dan susunan saraf dan itu sangat diperlukan zat yodium untuk konstruksi sel sel yang ada, pada waktu ibu hamil bilamana tidak mencukupi yodium mengakibatkan konstruksi susunan saraf tidak lengkap, contohnya otak menjadi selnya sedikit, timbangan rendah," ujarnya.

Sunawang Rahardjo mengatakan, konstruksi otak yang tidak sempurna saat anak di kandungan akan mengakibatkan kerusakan otak dan menurunkan tingkat kecerdasan anak. Saat ini UNICEF dan Pemda Sumba Timur bekerja sama melakukan yodinisasi pada semua garam yang diproduksi dan dijual di sana. Untuk memastikan garam yang di jual di Sumba Timur beryodium, Pemda dan instansi terkait memeriksa berkala di sentra produksi dan penjual garam di Pasar Waingapu.

  • garam yodium
  • NTT
  • unicef

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!