NUSANTARA

Petani Magetan Keluhkan Harga Kol Anjlok Jadi Rp300/Kg

"Selain kol, komoditas sayur seperti cabai, tomat dan wortel juga mengalami penurunan harga."

harga kol anjlok

KBR, Jakarta-  Harga komoditas sayur kol di Kabupaten Magetan, Jawa Timur anjlok jauh di bawah harga normal. Muhsinal Aini, salah satu petani sayur kol di Kecamatan Plaosan mengatakan, harga kol seminggu terakhir tinggal Rp500 perkilogram, sebelumnya bahkan menyentuh harga Rp300. 

Jatuhnya harga kol membuat petani merugi, karena untuk menutup biaya perawatan dan pupuk petani harus menjual sayur kol mereka setidaknya seharga Rp1.000.

“Setelah 3 ribu menjadi Rp500, bahkan kemarin Rp300. Minimal petani itu Rp 1.000 itu baru impas, kalau dibawahnya banyak ruginya,” ujarnya ditemui di kebun miliknya Jumat (13/01/2023)


Muhsinal Ainin menambahkan, jatuhnya harga sayuran kol di Kabupaten Magetan dikarenakan musim panen raya sayuran kol. Membludaknya sayur kol di Magetan karena sebagian besar lahan tadah hujan milik petani ditanami kol. 

Baca juga:

FPKS: Produksi Domestik Cukup, Impor Beras Tak Perlu

Bapanas Dorong Pemda Bantu Stabilkan Lonjakan Harga 4 Komoditas Pangan

Anjlognya harga sayuran kol juga dikarenakan para pedagang sayur di Magetan masih memilih mendatangkan sayur kol dari daerah lain seperti Malang, Blitar dan sejumlah kawasan penghasil sayur lainnya. 

Selain kol, komoditas sayur seperti cabai, tomat dan wortel juga mengalami penurunan harga.

“Kalau sayur banyak, pedagang banyak yang ambil dari luar Magetan seperti dari Malang, Blitar. Yang turun tidak hanya kubis, mulai Lombok, tomat, wortel juga turun,”imbuhnya.

Petani berharap pemerintah daerah Kabupaten Magetan mengeluarkan  imbauan bagi pedagang untuk mengutamakan membeli sayur hasil dari petani di daerah setempat untuk menekan anjloknya harga sayur kol.  

Editor: Rony Sitanggang

  • harga anjlok
  • petani Magetan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!