NASIONAL

Banjir Semarang Akibat Maraknya Alih Fungsi Lahan

"Guru Besar Ilmu kependudukan dan Lingkungan Universitas Negeri Semarang, Saratri Wilonoyudho memprihatinkan, banyak kawasan resapan air dan hutan terbuka di Semarang yang kini beralih fungsi."

Banjir Semarang

KBR, Semarang - Pengamat Lingkungan menilai banjir yang merendam Semarang, Jawa Tengah awal Januari kemarin, dampak dari maraknya alih fungsi lahan.

Guru Besar Ilmu kependudukan dan Lingkungan Universitas Negeri Semarang, Saratri Wilonoyudho memprihatinkan, banyak kawasan resapan air dan hutan terbuka di Semarang yang kini beralih fungsi.

"Beberapa penyebabnya itu tata ruang yang tidak mengindahkan fungsi lahan sebagai daerah terbangun dan resapan. Jadi perlu ditinjau seperti memotret dari udara ruang mana saja yang seharusnya tidak boleh ditempati malah ditempati itu harusnya dievaluasi. Kemudian adanya penurunan tanah setiap tahunnya," ungkap Saratri di Semarang, Senin (09/01/23).

Saratri menambahkan, selain alih fungsi lahan penyebab banjir di Kota Semarang juga diakibatkan penurunan permukaan tanah setiap tahunnya.

Imbasnya, air laut naik ke daratan sehingga air sungai yang ke seharusnya mengalir ke laut, justru kembali ke daratan.

Baca juga:

- Ganjar Kirim Kapal Pelni Jemput Wisatawan Terjebak di Karimunjawa

- BMKG: Ada Potensi Cuaca Ekstrem Saat Mudik Nataru

Selain itu, banjir yang menggenangi Semarang juga disebabkan pembangunan drainase yang tidak memadai, dan tidak saling terkoneksi.

"Artinya, jaringan drainase di kota lunpia tidak saling terhubung ke sungai sehingga limpasan air hujan tidak terserap dengan cepat," imbuhnya

Awal Januari kemarin, 7 kecamatan di Semarang terendam banjir. Banjir juga merendam dua stasiun kereta api, yakni Tawang dan Poncol.

Editor: Fadli

  • banjir semarang
  • semarang
  • banjir

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!