BERITA

Tiap Bulan RSUD Agats Kabupaten Asmat Tangani 50-an Kasus Gizi Buruk

Tiap Bulan RSUD Agats Kabupaten Asmat Tangani 50-an Kasus Gizi Buruk

KBR, Jayapura - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats, Kabupaten Asmat menemukan sejumlah penyakit lainnya yang diderita pasien wabah campak dan gizi buruk.

Dokter spesialis anak yang bertugas di RSUD Agats, Ludwina Elisabeth mengatakan pasien gizi buruk di RSUD Agats setiap bulannya mencapai 50-an kasus. 

Peningkatan kasus terjadi pada akhir Agustus 2017, sebelum ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

"Yang saat ini ditemukan dan dicurigai itu kan karena semua pasiennya gizi buruk. Daya tahan tubuhnya turun, sehingga banyak infeksi ditemukan. Radang paru-paru paling sering dijumpai komplikasinya. Kemudian ada juga penyakit penyertaan lainnya, malaria disertai anemia dan kami juga curigai demam suspect TBC. Kalau HIV belum screning. Kalau untuk anak tunggu stabilisasinya dulu baru pemeriksaan," kata Ludwina Elisabeth di Jayapura, Rabu (17/1/2018).

Wabah campak di Kabupaten Asmat menyebabkan 67 pasien anak dan balita meninggal dunia, sejak September 2017 hingga Januari 2018.

Pusat Kesehatan TNI AD mengirim bantuan dua dokter spesialis anak dari RSPAD Gatot Subroto Jakarta untuk bertugas selama 10 hari di RSUD Agats, Kabupaten Asmat.

Masa tugas kedua dokter yang tergabung dalam Satgas Kesehatan TNI KLB Asmat bisa diperpanjang sesuai kebutuhan di lapangan.

Hingga saat ini ada 5.000-an anak dan balita yang diimunisasi dan diberikan vitamin A untuk meningkatkan daya tahan dan memperbaiki metabolisme tubuh. Selain itu ada 20 dokter dan perawat disebar ke 19 distrik yang terkena wabah campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat.

Baca juga:

Editor: Agus Luqman 

  • Kabupaten Asmat
  • gizi buruk di Papua
  • kasus gizi buruk Kabupaten Asmat
  • kasus campak di Papua

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!