BERITA

Diguyur Hujan 2 Pekan, Hasil Panen Rumput Laut di Nunukan Membusuk

Diguyur Hujan 2 Pekan, Hasil Panen Rumput Laut di Nunukan Membusuk

KBR, Nunukan – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara selama dua pekan terakhir membuat ribuan petani rumput laut merugi. Kerugian terjadi karena petani kesulitan mengeringkan hasil panen rumput laut.

Ketua Asosiasi Petani Rumput Laut Kabupaten Nunukan Habir mengatakan mayoritas petani masih bergantung pada matahari dalam mengeringkan hasil budi daya rumput laut mereka. Akibat tak ada sinar matahari, 90 persen hasil panen rumput laut membusuk.

"Kalau sudah dipanen sampai tiga hari, sudah dijemur tapi tidak kena panas, ya mulai membusuk. Rumput laut berulat dan hancur. Yang jelas kalau cuaca terus seperti ini, maka sekitar 90 persen petani bakal merugi," kata Habir di Nunukan, Rabu (17/1/2018).

Habir mengimbau para petani menunda panen rumput laut saat curah hujan tinggi. Hujan yang mengguyur Kota Nunukan dua minggu terakhir juga membuat harga rumput laut turun, dari harga Rp20 ribu menjadi Rp14.500 per kilogram.

"Kami hanya bisa menyarankan agar petani mengatur saja metode pascapanen. Kalau memang kondisi hujan, tunggu cuaca membaik baru kita panen. Dari pada kita panen, sudah dapat capeknya tapi rumput hancur busuk juga. Harga juga ikut turun," kata Habir. 

Selain kualitas rumput laut yang turun, volume rumput laut yang dikirim keluar kota juga turun selama musim hujan. Biasanya petani rumput laut Nunukan mampu mengirim 3.000 ton rumput laut kering ke Surabaya maupun ke Kota Makassar. Namun, saat ini volume pengiriman menyusut hingga 50 persen. 

Baca juga:

Editor: Agus Luqman 

  • rumput laut
  • budidaya rumput laut
  • petani rumput laut
  • budi daya rumput laut
  • rumput laut Nunukan
  • Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!