BERITA

Ratusan Warga Asing Pencari Suaka Tolak Tinggalkan Indonesia

Ratusan Warga Asing Pencari Suaka Tolak Tinggalkan Indonesia

KBR, Balikpapan – Sekitar 270 orang warga asing pencari suaka masih tinggal di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Lamaru Balikpapan, Kalimantan Timur. Para pencari suaka itu rata-rata berasal dari negera yang sedang konflik yakni Afganistan, Pakistan, termasuk Myanmar dan Iran.

Kepala Rumah Detensi Imigrasi Lamaru Balikpapan, Kartana mengatakan para pencari suaka itu sudah tinggal bertahun-tahun di rudenim Balikpapan dan menolak kembali ke negerannya.


"Ada sekitar 186 yang menyerahkan diri disana, kemudian diserahkan kesini. Dan juga ada pemindahan dari Rudenim Makasar, juga dari akomodasi Medan dan juga akomodasi kantor Imigrasi Makasar. Total semua yang ada sekarang 270 orang," kata Kartana, Kamis (7/1/2016).


Kartana mengatakan selama tinggal di rumah detensi imigrasi, ratusan pencari suaka itu disediakan berbagai fasilitas, seperti kursus bahasa Inggris gratis dan lapangan olaraga untuk aktifitas.


Indonesia sebenarnya bukan negera tujuan mereka, karena negera tujuan mereka yang utama adalah Australia. Namun, para pencari suaka itu justru terdampar di Balikpapan maupun daerah lainnya, dengan hanya pakaian seadanya dan tanpa bekal uang.


Beberapa diantaranya bahkan berharap bisa mendapat suaka dari Pemerintah Indonesia. Karena mereka tidak ingin kembali ke negera asalnya.


Menurut Badan PBB untuk Pengungsi UNHCR, ada sekitar lima ribu orang pengungsi di Indonesia dan delapan ribu pencari suaka. Kebanyakan dari mereka melarikan diri dari konflik pelanggarana HAM di negara asal, seperti Afganishtan, Myanmar, Somalia, Iran dan Iraq.


Editor: Agus Luqman 

  • pencari suaka
  • UNHCR
  • pengungsi
  • Australia
  • korban konflik
  • keimigrasian

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!