NUSANTARA

Gas Elpiji 12 Kg Naik, UMKM Banyuwangi Gulung Tikar

Gas Elpiji 12 Kg Naik, UMKM Banyuwangi Gulung Tikar

KBR, Banyuwangi - Para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, mengeluhkan naiknya harga gas elpiji 12 kilogram. Mereka menilai kebijakan ini tidak memihak pelaku usaha kecil.


Ketua Asosiasi Olahan Pangan Banyuwangi Syamsudin mengatakan, naiknya harga gas elpiji ini akan sangat memengaruhi operasional  (UMKM), khususnya pelaku usaha makanan.


Kata dia, kenaikan ini biasanya diikuti dengan kelangkaan pasokan elpiji di lapangan.‎ Kondisi ini, membuat pelaku UMKM semakin terpuruk, sehingga omset mereka akan berkurang. Karena dengan naiknya gas elpiji akan menambah biaya produksi dan pada akhirnya menaikkan harga.


“Pastinya akan ada dampak karena bahan bakar ini salah satu komponen penting untuk produksi. Cuma dampak ini negatifnya akan membuat kita tidak bisa untuk menaikan harga, karena terus terang kita juga belum lihat kesetabilan pangsa pasar. Kita belum bisa menaikan harga prodak tapi sementara kita juga harus mengeluarkan ongkos produksi lebih untuk beli gas elpiji yang naik sekarang ini,”kata Syamsudin, Jumat (9/1).


Syamsudin mengharapkan, Pertamina mengkaji ulang kebijakan menaikan harga gas elpiji 12 kilogram ini. Sebab jika harga gas elpiji terus naik, ratusan pelaku UMKM di Banyuwangi terancam gulung tikar. Karena para pelaku UMKM sudah dihadapkan dengan naiknya tarif dasar listrik beberapa waktu lalu.


PT Pertamina (Persero) menaikkan harga gas Elpiji 12 kilogram (kg) pada 2 Januari 2015. Harga tersebut mengalami kenaikan Rp1.500 per kg menjadi Rp 9.069 per kg dari Rp 7.569 per kg. Bahkan, harga jual sampai di agen bisa mencapai Rp11.255 per kg atau secara keseluruhan menjadi Rp134.700 per tabung.


Editor: Antonius Eko 


  • elpiji
  • harga
  • banyuwangi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!