NUSANTARA

Harga Gas Naik, PHRI Kalbar Serukan Kenaikan Harga Kuliner

"KBR68H, Pontianak - Para pengusaha kuliner yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalimantan Barat memastikan harga jual makanan akan naik seiring penaikan harga gas elpiji 12 kg."

Jayanti Mandasari

Harga Gas Naik, PHRI Kalbar Serukan Kenaikan Harga Kuliner
harga lpg, phri, kalimantan barat, harga makanan


KBR68H, Pontianak - Para pengusaha kuliner yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalimantan Barat memastikan harga jual makanan akan naik seiring penaikan harga gas elpiji 12 kg. Ketua PHRI Kalimantan Barat Yuliardy Qamal mengatakan, kenaikan harga jual makanan adalah langkah untuk mempertahankan usaha yang telah dijalani selama ini. (Baca: Hari Ini Pertamina Naikkan Harga Elpiji 12 Kg)

“Gas ini vital ditempat kami untuk memasak, baik itu di hotel, restoran maupun rumah makan. Kecuali kita bisa mendapat pengganti yang lain. Itu yang harusnya dipikirkan oleh pemerintah. Makanya saya bilang jangan mengambil kebijaksanaan yang gegabah dan mendadak seperti ini. Dia (pemerintah) harusnya memperhitungkan banyak yang sudah naik seperti listrik. Tapi elpiji ini sesuatu yang vital bagi kami sehigga mau tidak mau kami akan naikkan harga jual,” kata Yuliardy (5/01).

Ketua PHRI Kalimantan Barat Yuliardy Qamal menambahkan,lembaganya dalam waktu dekat akan menyurati PHRI pusat untuk mendesak pihak terkait membatalkan kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram. Dia menuntut penaikkan harga gas tabung biru ini mempertimbangkan dampak terhadap masyarakat. Harga gas elpiji 12 kilogram di Kalimantan Barat saat ini mencapai Rp165 ribu/tabung dari harga sebelumnya sebesar Rp98 ribu/tabung. (Baca: Pertamina: Indonesia Belum Bisa Swasembada Elpiji)

Editor: Nanda Hidayat

  • harga lpg
  • phri
  • kalimantan barat
  • harga makanan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!