NUSANTARA

Astaga, Separuh Guru di Papua Mangkir dari Tugas

"Dinas Pendidikan dan Olahraga Provinsi Papua mencatat hampir 50 persen guru di Papua tidak menjalankan tugas alias mangkir. Sebagian besar adalah guru yang bertugas di pedalaman atau wilayah pegunungan."

Astaga, Separuh Guru di Papua Mangkir dari Tugas
Separuh Guru, Papua, Mangkir dari Tugas

KBR68H, Jayapura – Dinas Pendidikan dan Olahraga Provinsi Papua mencatat hampir 50 persen guru di Papua tidak menjalankan tugas alias mangkir. Sebagian besar adalah guru yang bertugas di pedalaman atau wilayah pegunungan.

Sekretaris Dinas Pendidikan Olahraga Papua, Paul Indubri mengungkapkan, temuan ini berdasarkan hasil penelitian Badan PBB untuk masalah anak-anak  UNICEF pada sekolah dasar dan menengah di daerah terpencil dan terisolasi.

“Sampai saat ini ada lebih dari 2500 orang yang menjadi kepala sekolah di tingkat sekolah dasar dan menengah. Namun dari hasil penelitian UNICEF pada sekolah dasar di daerah terpencil dan terisolasi, masih ada juga terdapat sejumlah guru yang tidak menjalankan tugas dengan baik,” ungkap Paul di Jayapura, Rabu (13/11).

Paul Indubri mengaku, penyebab mangkirnya guru karena berbagai hal seperti tidak adanya fasilitas rumah guru, transportasi yang sulit ke tempat tugas, hingga tunjangan kesejahteraan yag tidak sepadan dengan tugas tanggung jawab.

“Oleh sebab itu, dalam rangka program kerja sama kita akan membangun sejumlah kegiatan untuk pemerintah yang baru ke depan, dalam rangka meningkatkan kerja guru lebih baik guna mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama meningkatan IPM (Indeks Prestasi Manusia, red.) di Papua,” jelasnya.

Saat  ini total jumlah guru hampir mencapai 30 ribu orang yang tersebar di 29 kabupaten/kota di Papua. Dari jumlah itu, sedikitnya 15 ribu guru adalah guru sekolah dasar. (Andi Iriani)

Editor: Anto Sidharta

  • Separuh Guru
  • Papua
  • Mangkir dari Tugas

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!