NASIONAL

Suharso Soal Stok Beras: Datanya Enggak Ada yang Sama

"Jadi data itu dipegang sendiri. Gak bisa dibagikan."

Suharso Soal Stok Beras: Datanya Enggak Ada yang Sama
Pekerja mengangkut karung berisi beras di Gudang Perum Bulog, Medan, Sumatera Utara, Rabu (9/11/2022). (Foto: ANTARA/Fransisco Carolio)

KBR, Jakarta - Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebut pendataan masih terus menjadi masalah di Indonesia. Salah satunya terkait stok beras, kata dia belum ada data yang sama hingga saat ini.

"Misal yang paling dekat dengan masyarakat itu soal pangan, berarti beras. Kalau ditanya kenapa kita impor dan kita punya jaga-jaga untuk impor. Berapa produksi, berapa yang ada di stok nasional, di Bulog, dan seterusnya. Datanya sampai saat ini enggak ada yang sama, enggak ada yang satu," kata Suharso dalam Grand Launching Portal Satu Data Indonesia di Jakarta Pusat, Jumat (23/12/2022).

Baca juga:

Menurut Suharso, kementerian maupun lembaga masih kerap tidak mau saling berbagi data. Akibatnya, data antarkementerian atau lembaga tidak selalu sama, walaupun sebetulnya memuat informasi yang sama.

"Pada tantangan nonteknis, ego sektoral kita masih cukup besar. Terutama dalam interoperabilitas, berbagi pakai data. Sehingga seringkali data itu ownership-nya itu bukan lagi ownership namanya. Dia posesif," ujarnya.

"Jadi data itu dipegang sendiri. Gak bisa dibagikan. Wah ini jangan begitu. Dan dia tersimpan di beragam repositori. Di kementerian, di lembaga, dan di daerah," sambungnya.

Oleh karena itu, kata dia, Presiden meminta agar dibangun sistem satu data yang bersinergi. Tujuannya agar tersedia data yang valid untuk mendorong pembangunan bangsa.

"Yang paling penting adalah membuat data pembangunan itu valid, kredibel, akurat, mutakhir, dan mudah diakses," katanya.

Editor: Wahyu S.

  • beras
  • impor
  • data
  • Suharso Monoarfa
  • bulog

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!