Article Image

NASIONAL

Menyongsong Terbitnya Rupiah Digital

"Bank Indonesia merilis peta jalan pengembangan rupiah digital. Ini dinilai sebagai langkah strategis BI mengantisipasi masifnya kripto dan blockchain."

Selasa 27 Des 2022, 12.11 WIB

KBR, Jakarta - Bank Indonesia makin serius garap rupiah digital atau central bank digital currency (CBDC). Akhir November 2022, rencana ini masuk babak baru setelah BI meluncurkan white paper berisi skema pengembangan rupiah digital, yang diberi nama Proyek Garuda.

Tak cuma Indonesia, sejumlah negara juga lagi menjajaki penerbitan mata uang digital (digital currency) masing-masing.

Menurut dosen Ekonomi Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, rupiah digital itu lebih mirip kripto ketimbang uang elektronik yang saat ini masif digunakan dalam dompet digital. Contohnya, e-Money, Gopay, OVO, Dana, Shopeepay, dll.

"Uang elektronik mungkin masih masuk dalam kategori kluster besar dari uang digital, tetapi ini mungkin masuk dalam kategori spesifik virtual currency," kata Fithra.

Baca juga: 

Kenal Lebih Dekat dengan P2P Lending

Siap-Siap Era Bank Digital

Ekonom UI Fithra Faisal Hastiadi mendukung BI menerbitkan rupiah digital sebagai bentuk antisipasi tren dan inovasi digital. (Foto: dok pribadi)

Rupiah digital lebih dekat dengan kripto juga karena alasan bakal memanfaatkan sistem blockchain. Seperti kita tahu, Bitcoin diciptakan Satoshi Nakamoto di atas blockchain.

Iradat Wirid, peneliti Center for Digital Society (CfDS) UGM berpandangan, proyek rupiah digital BI sebagai respon atas masifnya kripto dan blockchain. Ini kentara banget sejak pandemi.

"Karena udah ga mungkin menolak sih. Angkanya kan besar sekali kripto itu, yang terakhir kasus Terra Luna yang tiba-tiba hilang itu berapa ratus triliun," ujar Adat.

Data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat investor kripto per Oktober 2022 sebanyak 16 juta. Selain itu, inovasi di atas blockchain juga makin berkembang, misalnya dengan kehadiran non-fungible token (NFT) dan metaverse.

Baca juga: Intip Potensi Jagat Metaverse

Peneliti Center for Digital Society (CfDS) Iradat Wirid menyebut digitalisasi keuangan, seperti penggunaan QRIS, bisa mempermudah transisi ke rupiah digital. (Foto: dok pribadi)

Dosen UI, Fithra Faisal Hastiadi menilai rencana rupiah digital sebagai bentuk antisipasi BI terhadap tren-tren baru. Gelombang kripto dan blockchain sulit ditolak.

"Kalau lihat filmnya Marvel, ini kan si Thanos bilang, inevitable, suatu hal yang tidak bisa dihindari sama sekali, if you cannot beat them then you join," tutur Fithra yang pernah menjadi Juru Bicara Menteri Perdagangan ini.

Rupiah digital dengan sistem blockchain mestinya punya banyak kelebihan. Di antaranya transaksi lebih transparan, karena semua tercatat.

"Kalau pakai sistem blockchain ga kayak sekarang, itu kan potensi-potensi transaksi under-table, tinggi ya," ucap Adat.

Dengarkan obrolan lengkapnya di Uang Bicara episode Menyongsong Terbitnya Rupiah Digital di KBR Prime, Spotify, Google Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.