Article Image

NASIONAL

Badai Musim Dingin Kripto Pasti Berlalu?

"Kripto kurang dilirik di 2022. Nilai asetnya terus turun, transaksinya pun lesu. Era bearish karena halving Bitcoin dan kondisi ekonomi."

KBR, Jakarta - Pasar kripto loyo sepanjang 2022. Kontras banget sama kondisi tahun sebelumnya yang hampir tiap hari isinya pecah rekor. Koin-koin utama seperti Bitcoin dan Ethereum sejak akhir 2021, nilainya terkoreksi curam dan belum mau bangkit sampai 2022 finis.

Total nilai transaksi perdagangan aset kripto Januari - November 2022 terpangkas lebih dari 50 persen dibanding 2021, menurut data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Kripto juga kian redup dibombardir kasus-kasus besar seperti anjloknya Terra Luna dan FTX. 

Ada apa sih dengan kripto?

Menurut Niki Sekar Dewayani dari Indonesia Crypto Network (ICN), kripto sedang dalam kondisi bearish alias lagi turun. Ini siklus yang sudah terprediksi dan justru memperlihatkan bahwa pasar kripto itu sehat.

"Kalau bull, naik terus, itu justru menandakan bahwa pasar udah ga sehat. Karena itu bubble kan. Nah, makanya harus ada koreksi," kata Niki yang menjabat Head of Community di ICN.

Naik turun market kripto juga dipengaruhi kondisi ekonomi global. Selain itu, siklus bearish disebabkan pula oleh adanya halving Bitcoin, yang terjadi sekitar 4 tahun sekali. Patokannya adalah ketika 210 ribu blok Bitcoin sudah tertambang. Ketika halving, reward yang diterima penambang bakal dikurangi setengah.

"Jadi halving itu lebih ke Satoshi Nakamoto (pencipta Bitcoin-red) itu menjaga inflasi dari Bitcoin sendiri. Karena Bitcoin ini kan hanya ada 21 juta ya. Nah, bagaimana cara mengaturnya itu, diprogramlah halving ini," kata Niki.

Baca juga:

Menyongsong Terbitnya Rupiah Digital

Booming NFT, Inovasi atau Spekulasi?

Niki Sekar Dewayani, Head of Community Indonesia Crypto Network mengingatkan investasi kripto sebaiknya menggunakan uang dingin. (Foto: dok pribadi).

Era winter season kripto diperburuk, salah satunya oleh kasus FTX. FTX adalah bursa kripto milik Sam Bankman-Fried yang dinyatakan bangkrut. Padahal, FTX merupakan exchange terbesar kedua di dunia, sehingga keruntuhannya berdampak signifikan bagi industri kripto.

"Itu yang membuat masyarakat awam atau masyarakat nonkripto itu makin senang, karena 'wah tuh kan kripto scam'. Padahal, jelas-jelas bukan kriptonya ya. Kriptonya baik-baik aja, tapi adalah manajemennya dan oknumnya yang memang ga beres," tutur Niki yang juga founder komunitas Indonesia Paham Bitcoin.

Meski kripto tengah didera musim dingin, pengembangan dan inovasi di atas blockchain terus berkembang.

"Sisi positifnya bear market ini jadi filter, mana yang memang project yang benar, yang oke, dengan project yang memang ga beres," ucapnya.

Dengarkan obrolan seru soal kripto dan bitcoin ini di Uang Bicara episode Badai Musim Dingin Kripto Pasti Berlalu? di KBR Prime, Spotify, Google Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.