BERITA

Kejar Target Investasi 2022, BKPM Fokus di Investasi Berbasis Hilirisasi & Kemitraan UMKM

""Jadi, memang kita bisa membangun hilirisasi jika sudah ada kebijakan yang jelas, tegas dari pemerintah tentang larangan ekspor bahan mentah.""

Ranu Arasyki

Kejar Target Investasi 2022, BKPM Fokus di Investasi Berbasis Hilirisasi & Kemitraan UMKM
Foto pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (4/11/2021). (Foto: ANTARA/Galih Pradipta)

KBR, Jakarta - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan fokus pada suntikan modal berbasis hilirisasi sumber daya alam untuk memenuhi capaian realisasi investasi Rp1,2 triliun yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 2022.

Juru bicara Kementerian Investasi Tina Talisa mengatakan, hilirisasi tersebut akan menjadi sektor prioritas dan menjadi kunci terhadap capaian investasi. Salah satu langkah yang akan diambil ialah mendorong industri batu baterai listrik terintegrasi dan hilirisasi bauksit dan timah di tahun depan.

"Tahun depan, sebagaimana instruksi Presiden dalam Rakornas, akan dilakukan larangan ekspor bahan mentah untuk bauksit dan timah. Jadi, memang kita bisa membangun hilirisasi jika sudah ada kebijakan yang jelas, tegas dari pemerintah tentang larangan ekspor bahan mentah. Karena bahan mentah inilah yang kemudian dioptimalkan di Indonesia untuk menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Sehingga, secara optimal negara bisa mendapatkan manfaatnya, demikian juga dengan lapangan kerja," kata Tina Talisa saat dihubungi KBR, Jum'at (17/12/2021).

Baca Juga:

Tina menyebut, pemerintah berambisi untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat industri batu baterai listrik terintegrasi di dunia. Realisasi yang telah dilakukan, di antaranya melalui kesepakatan Kementerian Investasi dengan LG Korea Solutions, perusahaan asal Korea Selatan, disusul perusahaan asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL).

"Khusus untuk LG, grand package-nya US$9,8 miliar. Yang sudah dilakukan pada tahap pertama ialah US$1,1 miliar dengan peletakan batu pertama (ground breaking) di Karawang, Jawa Barat untuk menghasilkan 10 gigawatt pertama," ujarnya.

Namun, Tina belum bisa memastikan kapan realisasi investasi dari Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL). Sebelumnya, CATL berencana melakukan groundbreaking pertama di Desember tahun ini. Namun, hingga kini Kementerian Investasi belum dapat memastikan agenda itu.

Selain hilirisasi, Kementerian Investasi juga akan mengakselerasi kemitraan antara perusahaan berskala besar dengan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). 

Pada 2020 lalu, Kementerian Investasi/BKPM telah mengawinkan 56 perusahaan besar dengan 196 UMKM berskema kemitraaan. Nilai komitmen kerja sama antarperusahaan ini mencapai Rp1,5 triliun. Upaya ini, kata Tina, akan terus didorong untuk menggapai target investasi di tahun depan.

"Jadi ini bukan berupa hibah, bantuan, tetapi deal business antara perusahaan besar dengan UMKM. Itu adalah bagian dari arah bapak presiden agar UMKM naik kelas dan masuk ke dalam global value chain. Rantai nilai dan rantai pasok global," kata Tina Talisa.

Baca Juga:

Investasi yang Mangkrak

Sebelumnya, Kementerian Investasi melaporkan, hingga pertengahan Desember ini, terdapat investasi yang sempat mandek sejak November 2019. Nilai investasi itu mencapai Rp708 triliun. Hingga kini, pemerintah telah merealisasikan Rp550 triliun, sedangkan Rp158 triliun masih tersisa.

Ketika disinggung mengenai sisa investasi yang mandek senilai Rp158 triliun itu, Tina beralasan capaian untuk investasi tersebut tidak mesti selesai dalam waktu tertentu. 

"Memang betul, belum 100 persen kemudian bisa difasilitasi seperti yang disampaikan. Tetapi memang untuk investasi ini tidak dibuat timeline harus selesai di waktu tertentu," ungkapnya.

  • Editor: Agus Luqman
  • investasi
  • UMKM
  • FDI
  • BKPM
  • Kementerian Investasi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!