BERITA

Belanja Barang dan Modal Melonjak Tinggi Hingga Akhir Tahun

""Belanja yang langsung diserahkan kepada masyarakat senilai Rp95,7 triliun dalam bentuk bantuan pemerintah untuk UMKM, pengadaan vaksin, subsidi kuota, dan subsidi upah para pekerja. ""

Ranu Arasyki

Ilustrasi: Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis 16122021
Ilustrasi: Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis 16122021. (Foto:Antara/Sigid)

KBR, Jakarta - Kementerian Keuangan mencatat belanja barang dan belanja modal negara hingga pertengahan Desember tahun ini mengalami kenaikan yang cukup besar.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pada tahun ini belanja kementerian/lembaga (K/L) tumbuh hingga 10 persen. Begitu juga pembiayaan investasi melonjak sangat tinggi yakni 278,5 persen. Sedangkan belanja transfer ke daerah mengalami pertumbuhan negatif minus 4,9 persen. Hingga kini, pemerintah telah membelanjakan uang negara mencapai Rp2,31 ribu triliun.

"Dalam kondisi pemulihan ekonomi, APBN tetap menjadi instrumen yang luar biasa bekerja keras. Saat ini kita sudah belanja pada level Rp2.310,4 triliun pada posisi akhir November atau sampai dengan pertengahan Desember ini. Belanja kementerian/lembaga tumbuh hingga 10 persen. Belanja non K/L terutama untuk pembayaran pensiun dan belanja yang sifatnya subsidi. Untuk belanja transfer ke daerah mengalami negative growth 4,9 persen. Di sisi lain pembiayaan investasi melonjak sangat tinggi, yaitu 278,5 persen kenaikannya," kata Sri Mulyani pada konferensi pers secara daring, Selasa (21/12/2021).

Baca Juga:

Sri menguraikan, realisasi belanja barang K/L tumbuh hingga 24,5 persen atau mencapai Rp408,9 triliun, dibandingkan tahun lalu, yaitu Rp328,6 triliun.

Belanja barang operasi/non operasi mencapai Rp163,1 trilun. Belanja barang tersebut ditujukan untuk membayar klaim pasien, insentif tenaga kesehatan, dan biaya operasi sekolah yang berasal dari Kementerian Agama.

Kemudian, belanja yang langsung diserahkan kepada masyarakat senilai Rp95,7 triliun dalam bentuk bantuan pemerintah untuk UMKM, pengadaan vaksin, subsidi kuota, dan subsidi upah para pekerja. 

Belanja untuk biaya untuk pemeliharaan mencapai Rp32,3 triliun, perjalanan dinas Rp21,9 triliun, dan untuk Badan Layanan Umum/BLU Rp67,8 triliun.

Sri Mulyani menyebut, saat ini kementerian yang paling dominan menggunakan anggaran ialah Kementerian Kesehatan, yang mencapai Rp105,8 triliun, diikuti Kementerian PUPR sebesar Rp36,3 triliun.

"Tentu kementerian yang dominan untuk membelanjakan ini adalah Kementerian Kesehatan yang belanja barangnya meningkat 2,21 kali lipat atau 221 pesen, disusul kementerian PUPR yang meningkat 39,4 persen, dan kementerian keuangan dalam hal ini bukan kementeriannya, tetapi BLU Kelapa Sawit yang mengalami kenaikan belanja dari Rp20 triliun ke Rp39,2 triliun atau naik 56,3 persen," ujarnya.

Selain belanja barang, realisasi belanja modal juga tampak mengalami lonjakan yang sangat tinggi pada 2021. Nilai belanja modal per November tahun ini mencapai Rp160,4 triliun, atau naik sebesar 45,2 persen, dibandingkan November 2020 yang mencapai Rp110,4 triliun.

Belanja modal ini digunakan untuk membangun infrastruktur di sejumlah tempat, seperti pembangunan bendungan senilai Rp13,01 triliun, jaringan irigasi Rp5,22 triliun, jembatan Rp4,07 triliun, modernisasi almatsus dan sarpras Polri Rp19,73 trilun. 

Belanja modal digunakan untuk modernisasi alutsista, nonalutsista, dan sarana prasarana pertahanan sebesar Rp18,99 triliun, pembangunan jalan Rp20,88 triliun, jalur kereta api Rp2,3 triliun, pembangunan rumah sakit Rp0,64 triliun.

Dalam catatan Sri, realisasi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) per 17 Desember 2021 mencapai Rp533,60 triliun atau sebesar 71,6 persen dari pagu yang ditetapkan sebesar Rp744,77 triliun.

Editor: Agus Luqman

  • investasi
  • APBN
  • Sri Mulyani Indrawati
  • Kemenkeu
  • Pertumbuhan Ekonomi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!