BERITA

Dubes Inggris Dorong Aksi Perlindungan Jurnalis di Indonesia

Dubes Inggris Dorong Aksi Perlindungan Jurnalis di Indonesia

KBR, Jakarta - Maraknya kekerasan terhadap jurnalis di Indonesia mendapat perhatian dari aktivis mancanegara.

Perhatian itu salah satunya datang dari Owen Jenkins, Duta Besar (Dubes) Kerajaan Inggris yang memiliki perhatian besar soal kebebasan pers.

“AJI (Aliansi Jurnalis Independen) mencatat ada sekitar 40-50 kasus kekerasan terhadap jurnalis setiap tahunnya. Karena itu, saya ingin ada rencana aksi nasional untuk keselamatan jurnalis di Indonesia," tutur Owen dalam acara diskusi HAM, Kemerdekaan Pers, Perlindungan dan Keselamatan Jurnalis di Indonesia yang digelar di Erasmus Huis, Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Perhatian serupa datang dari Ranga Kalansooriya selaku perwakilan International Media Support (IMS), organisasi internasional yang bergerak di bidang HAM dan perlindungan jurnalis. 

“Indonesia adalah negara yang yang memiliki sumber daya jurnalis yang sangat besar. Saya harap kita bisa bersama menyusun rencana aksi ini, sehingga jika ada serangan terhadap jurnalis, telah ada panduan langkah untuk menanganinya,” kata Ranga dalam diskusi tersebut.

Acara diskusi HAM, Kemerdekaan Pers, Perlindungan dan Keselamatan Jurnalis di Indonesia digelar atas kerja sama Media Link, Lembaga Pers Dr. Soetomo, Sejuk, Tempo Institute, AJI Indonesia, dengan dukungan dari Kedutaan Besar Belanda, Kedutaan Besar Inggris, dan IMS.


Penghargaan untuk Jurnalis

Selain membahas rencana aksi perlindungan jurnalis, acara ini juga menjadi ajang pemberian penghargaan bagi para pewarta yang getol mengangkat isu HAM.

Penghargaan terbaik pertama diberikan kepada dua jurnalis BBC Indonesia, Callistalisa Wijaya dan Dwiki Marta, untuk reportase mereka yang berjudul Dituding PKI, 'ditelanjangi untuk cari cap Gerwani': Kisah penyintas Tragedi 65

Penghargaan terbaik kedua diberikan kepada Irwan Syambudi dari Tirto.id, atas karya jurnalistiknya yang berjudul Upacara Doa di Bantul Dihentikan, Utiek Suprapti: 'Saya Hindu'

Terakhir, penghargaan terbaik ketiga diberikan untuk Abdul Jalil dari Solopos.com dengan karya jurnalistik berjudul Kisah Anak Terpidana Mati: Menjaga Harapan Hidup Sang Ibu.

Editor: Agus Luqman

  • Kebebasan Pers
  • kekerasan jurnalis
  • kebebasan berekspresi
  • HAM

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!