HEADLINE

Perang Dagang Reda, Jokowi Pamer Penguatan Rupiah

Perang Dagang Reda, Jokowi Pamer Penguatan Rupiah

KBR, Jakarta- Presiden Joko Widodo meyakini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan terus menguat, seiring dengan melemahnya tensi perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Sinyal melemahnya tensi perang dagang Tiongkok-AS tersebut berawal dari kesepakatan pemimpin kedua negara dalam pertemuan G20 di Argentina, pekan lalu.

Jokowi mengatakan, tanda meredanya tekanan perang dagang tersebut langsung terasa, dari segi perdagangan maupun pasar keuangan di Indonesia. Meski begitu, kata Jokowi, penguatan rupiah tetap harus terkontrol, agar tetap menarik untuk kegiatan ekspor.

"Karena pengelolaan fiskal kita yang lebih prudent, sangat hati-hati, itu menambah trust, kepercayaan internasional kepada kita. Saya dengar inflow-nya kembali masuk, masuk, masuk. Jangan kaget nanti dolar turun terus, tidak tahu sampai berapa. Tapi kita juga tidak mau turunnya terlalu cepet dan drastis, karena kita juga membutuhkan untuk persaingan ekspor," kata Jokowi di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Senin (03/12/2018).


Selain efek meredanya perang dagang, Jokowi mengatakan, membaiknya kurs rupiah juga didorong kolaborasi yang baik dalam pengelolaan fiskal, moneter, dan industri. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi positif dan inflasi yang terkendali akan menambah kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia. Dampaknya, defisit transaksi berjalan akan menipis dan kurs rupiah semakin menguat.


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengklaim, penguatan nilai mata uang Indonesia menjadi yang terbaik di antara negara-negara berkembang, termasuk di Asia Tenggara. Menurutnya, tren menguata  rupiah terhadap dolar AS akan terus berlanjut, setidaknya hingga akhir tahun ini.  Pada pagi ini, kurs rupiah tercatat Rp14.248 per dolar AS, setelah bulan lalu sempat menyentuh nilai Rp15.000 per dolar AS.


Kesepakatan Amerika Serikat dan Cina untuk meredam sengketa perang dagang antara kedua negara tersebut diperkirakan akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, akan ada dampak positif terutama terkait ekspor Indonesia ke Amerika dan China.

Bhima mengatakan, Indonesia bisa menaikkan kembali ekspor yang selama ini menurun tajam akibat perang dagang Amerika-Cina.

"Ekspor kita masih bisa berbalik arah menjadi lebih positif, terutama kedua negara yang sedang perang dagang karena kemaren kan kita sangat kena sekali dimana ekspor komoditas kita contohnya karet itu turun, sawit itu turun karena mereka industri manufakturnya mengalami penurunan sehingga permintaan komoditas bahan baku dari Indonesia juga menurun. Harapannya kalo perang dagangnya mereda, kita bisa genjot ekspor," kata Bhima pada KBR, Minggu (2/12/18)


Selain bisa menggenjot ekspor, Bhima berharap ada hasil positif dari sektor keuangan yaitu lebih banyak uang masuk melalui  investasi dari negara lain. Bhima berharap dengan meredanya perang dagang, negara maju tidak ragu-ragu lagi untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan begitu kata Bhima, diharapkan nilai tukar rupiah bisa terus menguat hingga akhir tahun, neraca perdagangan dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan juga membaik.

Sebelumnya Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengadakan pertemuan makan malam di Buenos Aires, Argentina Sabtu kemarin. Mereka bersepakat meredam sengketa perang dagang dengan tidak mengenakan tarif tambahan di sektor perdagangan setelah 1 Januari 2019 mendatang.


Editor: Rony Sitanggang

 

  • perang dagang
  • Presiden Jokowi
  • Rupiah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!