KBR, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor minyak bumi dan gas menjadi penyebab defisitnya neraca perdagangan Indonesia pada November 2018 yang mencapai USD2,05 miliar.
"Penyebab defisit, yang pertama dan utama adalah defisit di migas sebesar USD1,5 miliar, tetapi nonmigas juga mengalami defisit USD 583 juta. Khusus untuk migas, defisit dari minyak mentah, terutama hasil minyak, sebesar USD 1,6 miliar. Sementara gas masih tumbuh positif," kata Kepala BPS, Suhariyanto di kantor BPS Jakarta, Senin (17/11/2018).
Suhariyanto mengatakan, neraca perdagangan yang defisit berasal dari nilai impor senilai USD16,88 miliar, dan ekspor USD14,88 miliar.
Untuk nilai ekspor sepanjang November 2018, terjadi penurunan ekspor sebesar 6,69 persen dibandingkan Oktober 2018.
Penurunan tersebut disebabkan ekspor migas yang menurun USD1,37 miliar atau 10,75 persen. Ekspor hasil minyak juga menurun 28,66 persen, nilai minyak mentah menurun 9,10 persen, dan nilai gas menurun 8,36 persen.
Dari sisi impor, kata Suhariyanto, nilai impor sepanjang November 2018 mencapai USD16,88 miliar, menurun 4,47 persen dibanding bulan sebelumnya.
Baca: September 2018, Neraca Perdagangan Indonesia Alami Surplus
Penurunan impor tersebut disebabkan penurunan impor migas 2,80 persen, karena penurunan impor minyak mentah 2,37 persen, hasil minyak 1,63 persen, dan gas 10,51 persen.
"Sedangkan dari sisi nonmigasnya, menurun 4,80 persen," kata Suhariyanto.
Pertumbuhan impor terbesar berasal dari Tiongkok yang naik USD70,4 juta, Inggris USD43,5 juta dan Uni Emirat Arab USD36,3 juta.
Baca juga:
- Perang Dagang Reda, Jokowi Pamer Penguatan Rupiah
- Pemerintah Tak Puas Defisit Perdagangan Agustus Turun USD 1 Miliar
Editor: Kurniati