Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati mengatakan, berdasarkan rekaman seismik dan laporan masyarakat, peristiwa ini tidak disebabkan oleh aktifitas gempabumi tektonik.
Ia mengatakan, dari hasil koordinasi BMKG dengan Badan Geologi, dilaporkan pada pukul 21.03 WIB Gunung Krakatau erupsi kembali sehingga peralatan seismometer setempat rusak, tetapi seismic Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus, dan tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan.
"Namun, sensor Cigeulis (CGJI) mencatat adanya aktivitas seismic dengan durasi lebih kurang 24 detik dengan frekwensi 8 hingga 16 Hz pada pukul 21.03.24 WIB," katanya dalam siaran pers yang diterima KBR di Jakartqa, Minggu (23/12/2018).
BMKG, lanjut Dwikora, juga mendeteksi dan memberikan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku sejak 22 Desember mulai pukul 07.00 WIB hingga 25 Desember pukul 07.00 WIB di wilayah perairan Selat Sunda.
Dari hasil pengamatan sementara BMKG, kata Dwikorawati, diperoleh data ketinggian gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pantai dan pelabuhan di Banten dan Lampung, di antaranya, di Pantai Jambu, Kabupaten Serang, dengan ketinggian 0,9 meter, pada pukul 21.27 WIB, di Pelabuhan Ciwandan, Banten, ketinggian air laut mencapai 0,35 meter di pukul 21.33 WIB, di Kota Agung, Lampung, ketinggian air laut mencapai 0,36 meter pada pukul 21.35 WIB, dan di Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung, ketinggian air laut tercata 0,28 meter, pada pukul 21.53 WIB.
BMKG juga mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Editor: Agus Luqman