KBR, Jakarta- Mewujudkan perdamaian melalui jasa laundry atau cucian? Itulah yang dilakukan organisasi pengusung toleransi Wahid Foundation. Organisasi yang dipimpin Yenny Wahid, anak bekas presiden Abdurahman Wahid itu meluncurkan “One Laundry” di Parung, Bogor, Jawa Barat.
Para ibu-ibu didorong mengolah perbedaan menjadi landasan untuk perdamaian melalui bisnisnya. Team Leader Wahid Foundation, Visna Vulovik, berharap konsep bisnis dan penyebaran nilai perdamaian bisa berjalan secara paralel.
Selain di Parung, One Laundry sudah punya sentra laundry, yang berada di Panggulan, Pengasinan, Depok, Jawa Barat. Di sana, ada sekitar 6 orang ibu-ibu yang mengelola dan sekaligus menjadi agen perdamaian.
Menurut Visna, kebutuhan laundry di daerah ini cukup luas, dan rumah usaha cuci juga melekat di perempuan. Dengan dibangunnya usaha bersama, diharapkan ada pertemuan dengan kelompok lintas agama dan lintas suku.
Agen-agen laundry inilah yang akan bekerja untuk menyebar perdamaian dan membangun kohesi sosial.
“Ketika agent-agent ini mengambil pakaian/ laundry-nya, di dalam brosur atau iklan One Laundry-nya kami selipkan (tuliskan), misal “Mari kita hormati saudara kita yang berbeda suku atau berbeda agama” jelasnya kepada Duo Host KBR Pagi, Adit Insomnia dan Aika Renata di segmen "Kepo", Rabu (13/12/.2017)
Visna menambahkan, yang menjalankan One Laundry adalah perempuan yang memang tinggal di kampung yang memiliki mimpi utk meningkatkan ekonomi keluarga sekaligus memiliki komitmen untuk menyebarkan nilai-nilai perdamaian.
“Kami menggabungkan konsep pemberdayaan ekonomi rakyat dan pembangunan ekonomi di kalangan akar rumput. Nah, sosok yang paling penting digerakkan adalah perempuan. Karena, ketahanan sosial, ketahanan keluarga, pendidikan, penyediaan aset ekonomi, melekat pada perempuan. Selain itu,perempuan juga menjadi ujung tombak yang menciptakan generasi bangsa,” ujar Visna Vulovik.
Di sisi lain, penyebarluasan aksi perdamaian ini,kata dia, juga untuk melatih para perempuan agar bisa presentasi ke unit-unit bisnis yang lebih besar. Jadi, selain belajar memperluas pasar, juga untuk menjadi agen perdamaian yang menyebarkan nilai-nilai toleransi kepada para pebisnis, selain untuk mencukupi kebutuhan financial.
One Laundry, rencananya juga akan merangkul para perempuan yang berada di 30 desa di 3 Provinsi; Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Konsep bisnis sosial ini, salah satu cara kami untuk menciptakan kampung damai, karena sejak awal negara kita memiliki kearifan lokal. Harapannya, hal tersebut terus tumbuh menguat di masyarakat dan kita turunkan ke dalam 9 nilai yang merupakan ciri ciri kampung damai, agar bisa melebur dengan misi-misi sosial kelompok-kelompok perempuan, yang sedang dibangun di desa-desa yang ada di 3 Provinsi tadi,” urainya.
Visna menambahkan, salah satu ciri Kampung Damai adalah warganya paham menerapkan nilai toleransi, membantu sesama, gotong royong, mencegah gerakan yang bisa memecah belah persatuan dan lain-lain. Kata dia, saat ini kondisi negara kita sangat rentan, imbas dari tingginya nilai-nilai luar yang masuk ke Indonesia.
Selain itu, berdasarkan data dari penelitian Wahid Foundation tingkat kekerasan yang berujung gerakan intoleransi salahsatunya terjadi karena faktor kesenjangan sosial yang cukup besar di masyarakat. Karena hal itu, masyarakat mudah terprovokasi oleh isu-isu yang berbau agama atau kekerasan.
Di sisi lain, kurangnya informasi yang didapatkan membuat masyarakat cenderung resah. Untuk itulah, Visna dan teman-temannya tergerak membuat sebuah inovasi program untuk menciptakan perdamaian akar rumput agar bisa menegakkan keadilan.
Untuk desa yang telah bergabung untuk menguatkan ekonomi rakyat,kata Visna, konsep One Laundry bisa direplika ke wilayah lain, karena visi ini tak sekadar utk meningkatkan ekonomi keluarga dan desa, tapi juga untuk memperkuat akulturasi budaya.
“Siapapun bisa menerapkan ini, dan kami sangat terbuka untuk kolaborasi,” harapnya.
Editor: Rony Sitanggang