KBR, Jakarta - Masyarakat adat Paniai meminta aparat hukum untuk mengulang proses penyelidikan kasus penembakan warga Paniai di Papua. Mereka menduga ada rekayasa dalam penyelidikan tersebut.
Menurut Ketua Masyarakat Adat Paniai John Gobay, warganya yang ditembak bukan dalam posisi menyerang aparat. Mereka ditembak saat lari ketakutan karena diberondong senjata api dari polisi dan TNI. Untuk itulah diperlukan tim independen untuk menginvestigasi kasus tersebut.
"Kita inginkan investigasi yang independen karena ini masyarakat saya persis dikepung gabungan anggota TNI dan Polri. Mereka ditembak bukan dalam posisi sedang menyerang, tetapi mereka sudah lari karena takut rentetan tembakan yang dikeluarkan oleh aparat TNI dan Polri," jelas John Gobay saat dihubungi KBR, Senin (22/12).
John Gobay menambahkan masyarakat adat Paniai meminta kasus penembakan masyarakat Paniai yang menewaskan lima orang dan melukai belasan orang dituntaskan sebelum Natal. Kata dia, hingga kini pemerintah mengabaikan tuntutan masyarakat Paniai soal ganti rugi korban dan pembentukan tim independen.
Sementara itu, Komisi Kepolisan Nasional (Kompolnas) tetap memantau kinerja polisi dalam penyidikan kerusuhan di Paniai, Papua. Anggota Kompolnas Edi Saputra Hasibuan mengatakan, pihaknya meminta publik bersabar menunggu hasil investigasi dari aparat.
Kata dia, kendala terletak pada penelusuran jenis peluru yang ditembakkan. Edi menghimbau masyarakat untuk membantu memberikan informasi.
"Karena ini menyangkut masalah, balistik, kita kan tahu siapa yang melakukan penembakan, tapi saya kira memang ini adalah tugas daripada polri, khususnya dari puslabfor, untuk memastikan itu peluru apa yang ditembakkan, kemudian juga itu dari jenis apa, karena itu sangat ilmiah, tidak bisa kami, tapi yang paling penting, bagaimana kasus ini cepat terbongkar," kata Edi saat dihubungi KBR juga.
Sejumlah tim investigasi diturunkan untuk menyelidiki kerusuhan di Paniai yang menewaskan 5 orang. Di antaranya, tim dari TNI, Polri dan Komnas HAM. Namun, sampai saat ini belum ada satu pun yang mengumumkan hasil investigasinya.
Editor: Pebriansyah Ariefana
TNI-Polri, Jangan Rekayasa Kasus Pembunuhan di Paniai
KBR, Jakarta - Masyarakat adat Paniai meminta aparat hukum untuk mengulang proses penyelidikan kasus penembakan warga Paniai di Papua. Mereka menduga ada rekayasa dalam penyelidikan tersebut.

Senin, 22 Des 2014 19:51 WIB


Papua, demo, paniai
Berita Terkait
BERITA LAINNYA - NASIONAL
FKUB Jabar Ragukan Indeks Kerukunan Beragama Kemenag
"Soal metodologi, proporsi penyebaran reponden ya. Itu kan proporsi penyebaran repondennya menurut kami sangat tidak berimbang."
Sri Mulyani: Ekonomi Islam Harus Untungkan Seluruh Rakyat Indonesia
"Kami mengharapkan Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia ke depan akan mampu memberikan sumbangsih yang nyata dalam menyelesaikan permasalahan keumatan dan kebangsaan."
BPS: Banyak Regulasi Soal Sampah, Tapi Nyaris Tak Ada Sanksi Bagi Pelanggar
"Pengelola yang tidak menyediakan tempat pembuangan sampah nyaris tak pernah diproses hukum, semisal dikenakan denda sesuai aturan tertulis."
Dari Era SBY Sampai Jokowi, Kasus Perkelahian Massal Terus Meningkat
"Provinsi dengan desa/kelurahan terbanyak yang pernah mengalami perkelahian massal adalah Papua, Jawa Barat, dan Jawa Tengah."
MRP Desak Pemda Data Orang Asli Papua
"Yang harus dilakukan bupati adalah menyelamatkan orang asli Papua (OAP). Mulai dari pendataan, untuk mengetahui pasti jumlah OAP agar menjadi acuan pemerintah dalam setiap mengambil kebijakan."
Sambangi Istana, OSO Tolak Jadi Wantimpres Jokowi
"Kami membatasi ini karena jangan nanti dipikir kita meminta-minta. Itulah prinsipnya."
Temui Jokowi, Lembaga Investasi Asing GIP Janjikan Investasi di 3 Tempat
GIP saat ini mengelola aset senilai 40 triliun dolar AS, termasuk bandara Gatwick di London, Inggris. GIP berkantor pusat di New York, AS.
UN Dihapus, JK Khawatir Generasi Indonesia Jadi 'Lembek'
Menurut JK, penghapusan UN akan membuat siswa jadi malas belajar.
Menteri Teten Ingin Modernisasi Koperasi dan UKM
“Kita ingin modernisasi koperasi. Ini yang menjadi fokus kita sekarang. Kita harus rebranding."
Nadiem: Sebelum Mencerdaskan Siswa, Harus Mencerdaskan Guru Dulu
"Kita tidak bisa meningkatkan kompetensi siswa tanpa (meningkatkan) kompetensi guru terlebih dahulu."
Tangkal Radikalisme, Menag Kampanyekan Moderasi
“Seminggu yang lalu saya berkunjung ke Arab Saudi. Di sana saya banyak bertukar pikiran dan bercerita tentang moderasi."
Mudik Natal dan Tahun Baru, Garuda Beri Diskon Hingga 40 Persen
"Rute domestik, kita bantu yang ingin mudik,"
Indeks Kerukunan Sejumlah Daerah Rendah, Ini Respon Jokowi
Tindakan intoleran dan diskriminatif masih banyak terjadi
LIPI Usul Subsidi BBM Dialihkan untuk Listrik Tenaga Surya
"Jika setengah saja anggaran subsidi digunakan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya, maka bisa terbangun sekitar 29 GW atau sedikit lebih besar dari beban puncak Pulau Jawa 27 GW."
KPAI: Masyarakat Butuh Gedung Sekolah Baru, Pemda Enak-Enak Saja
"Selama ini yang mencari sekolah itu orang tua, negara tidak pernah campur tangan. Jadi Pemda enak-enak saja. Mereka tidak tahu jumlah sekolahnya timpang."
Ombudsman: Pemerintah Tak Punya Standar Kualitas Pelayanan Publik Daerah Tertinggal
"Standar minimal yang kami maksud adalah apa seharusnya yang diberikan oleh pemerintah atau yang didapat oleh terhadap pelayanan publik khususnya pelayan publik dasar seperti KTP, KK, dan sebagainya."
Bank Dunia: Perlindungan Lansia di Indonesia Lemah
"Saat ini sekitar 36 persen lansia di Indonesia miskin atau rentan miskin, dan jumlahnya akan semakin meningkat seiring penuaan penduduk."
Kasus Meikarta, KPK Periksa CEO Lippo James Riady
James diperiksa sebagai saksi bagi atas tersangka bekas Presiden Direktur Lippo Cikarang, Bartholomeus Toto
Ikatan Guru Sambut Baik Rencana Mendikbud Ubah Sistem UN
"Mereka tidak melihat pentingnya UN untuk anak-anak mereka? kalau tidak ada UN anak akan fokus terhadap pembelajaran. Jadi bukan lagi belajar untuk UN, tapi mereka belajar untuk kehidupan mereka."
Bawaslu Pastikan Pilkada 2020 Tak Diikuti Eks Napi Koruptor
"Akan bisa dipastikan tidak ada calon kepala daerah yang mantan narapidana korupsi yang belum jeda lima tahun."
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Rangkuman Berita Sepekan KBR
Kabar Baru Jam 18
Kabar Baru Jam 20
Kabar Baru Jam 19
Kabar Baru Jam 18