BERITA

Bekas Pendamping: Gus Dur Seperti Google

"Sulaiman (38) seperti tak bisa berhenti berbicara ketika bercerita soal pengalamannya mendampingi mantan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. "

Anto Sidharta

KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Foto: Antara
KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Foto: Antara

KBR, Jakarta – Sulaiman (38) seperti tak bisa berhenti berbicara ketika bercerita soal pengalamannya mendampingi mantan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Momen kedekatannya bersama Gus Dur seolah terpatri dalam ingatannya. 

Sejak Gus Dur lengser dari kursi presiden pada Juli 2001, Sulaimanlah yang mendampingi aktivitas harian Gus Dur. Selama sekitar sembilan tahun hingga wafatnya Gus Dur pada 30 Desember 2009, hampir setiap hari ia “melekat” bersama Gus Dur. Ia bertugas menjaga kesehatan dan menyiapkan segala keperluan Gus Dur, termasuk keperluan untuk mandi dan makanan.

“Pagi beliau bangun setengah empat atau pukul empat. Terus beliau setengah lima membuat tulisan, setelah sholat subuh, baru olahraga, mandi, nerima tamu dan ke kantor (PBNU, red.),” ujar Sulaiman pertengahan Desember lalu. 

Untuk menghasilkan tulisan, Gus Dur mengungkapkan secara lisan tiap kata kepada Sulaiman. Tulisan itulah yang kelak dikirimkan ke berbagai kalangan seperti ke media massa. 

“Saya tulis pakai tangan, umpamanya ada kata-kata bahasa Inggris yang menurut saya agak sulit penyebutannya, beliau akan mengeja huruf-per-huruf,” kata Sulaiman. 

Sebelum menjadi asisten Gus Dur, Sulaiman menjadi anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser) yang menjaga rumah Gus Dur di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan. Seiring berjalannya waktu, ia dipercaya untuk secara khusus mendampingi Gus Dur. Ia menggantikan posisi Ahmad Munif dan Al Zastrouw Ngatawi yang pernah menjadi sekretaris pribadi Gus Dur.

Di tahun-tahun terakhir Gus Dur, Sulaiman lah yang mendampingi Gus Dur ke berbagai kota di Indonesia dan ke luar negeri. Namun, jika ke luar negeri masih ada pembagian tugas dengan Al Zastrouw Ngatawi. Jika ke negara-negara Asia, Sulaiman yang mendampingi Gus Dur. Sementara, jika Gus Dur ke negara Eropa, giliran Al Zastrouw Ngatawi yang mendampingi. 

Karena kedekatannya itulah Sulaiman tak pernah sungkan menanyakan sesuatu kepada Gus Dur. 

“Beliau kayak (mesin pencari) Google sekarang. Tanya apa saja tahu. Apalagi tentang masa lalu beliau. Kita nggak jenuh lah kalau dengar cerita beliau itu,” ujar Sulaiman. 

Ia mengaku, walau hal yang ditanyakannya ada Gus Dur sesuatu yang remeh-temeh, Gus Dur tetap menjawabnya. Termasuk istilah bahasa Inggris yang ia tidak ketahui saat keduanya di luar negeri. 

“Dia kan orangnya menyadari bahwa saya nggak pintar, tapi beliau gak pernah marah tapi mengajari saya. Saya pernah nanya, ‘Pak, kalau bahasa Inggrisnya makan apa yah?’. ‘Kenyang’ kata dia, hahaha…” cerita Sulaiman. 

Murah hati 

Di mata Sulaiman, Gus Dur adalah sosok yang murah hati pada sesama dan tidak membedakan orang dari asal-usulnya.  

“Kalau dia dikasih dari orang-orang beliau, biasanya langsung dikasih ke orang lain lagi. Setiap hari kan ada yang suka mengadu ke beliau karena masalah kesulitan hidup, kalau ada yah dikasih. Beliau tidak memandang ke siapa,” ujar Sulaiman.  

Sikap Gus Dur ini dibuktikan dengan pilihannya untuk menghadiri acara sunatan seorang warga di Pasuruan, Jawa Timur, daripada menghadiri kegiatan penting partai yang ia dirikan yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Saat itu, sekitar tahun 2005, jadwal kegiatan itu pada waktu bersamaan.

“Saya nyari alamat orang itu juga susah. Ternyata memang (rumahnya) di kampung kecil. Orang itu gak ngadain pesta apa-apa. Hanya slametan biasa. Jadi mungkin jadi kaget satu kampung, orang biasa bisa didatangi Gus Dur,” kata Sulaiman.

Kejadian itu, kata Sulaiman, kerap terjadi selama ia mendampingi Gus Dur.  

Hal yang tak pernah ia akan lupakan ketika Gus Dur menawarkan diri untuk menjadi penghulunya pada tahun 2003 dan memberi mas kawin.

“Gus Dur bilang, ‘Ini saya kasih duit, kurang lebih 10 juta, kamu beli mas kawinnya’. Hari H-nya beliau sedang ada acara di Jombang pulang pagi-pagi ke Jakarta untuk menikahkan saya, dan setelah itu kembali ke Jombang,” cerita Sulaiman. 

Gus Durlah, kata Sulaiman, yang membantunya memberikan modal untuk usahanya waktu itu yakni bisnis foto kopi. Namun, setelah usahanya tutup kini ia membuka bengkel motor di Ciganjur. 

Sulaiman mengaku memperoleh pelajaran berharga saat mendampingi Gus Dur yakni hidup sederhana. Ini terlihat dari makanan yang ia sajikan untuk Gus Dur.

“Makan gak susah, sarapan pagi nasi sama telor saja. Kalau ada tamu beliau minta saya membuatkan makanan yang sama untuk tamunya,” jelas Sulaiman. 

Sifat Gus Dur itulah yang hingga kini tak akan terlupakan oleh Sulaiman, yang kini memiliki tiga anak. Sepeninggalan Gus Dur, ia kini menekuni bisnis bengkelnya di sekitar rumahnya. 

Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • gus dur

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!