NASIONAL

Pemenang IGRA 2013 Diumumkan Nanti Sore

Pemenang IGRA 2013 Diumumkan Nanti Sore

KBR68H, Jakarta - Berdasarkan Indeks Kinerja Lingkungan Hidup 2012, yang diterbitkan Universitas Yale dan Universitas Columbia, bekerja sama dengan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum), Indonesia berada di peringkat 74 dari 132 negara yang disurvei. Merujuk fakta tersebut, Indonesia masih punya pekerjaan besar dalam hal penyelamatan lingkungan, yang memerlukan kerja sama antara Pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat.
   
Karena itu, kerja keras berbagai pihak dalam upaya penyelamatan lingkungan dan telah membuahkan hasil yang signifikan patut diapresiasi. Penyelenggaraan Indonesia Green Region Award tahun ini dimaksudkan untuk mengapresiasi keberhasilan Pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota), yang memiliki program yang baik dalam penyelamatan lingkungan hidup dan mengeksekusinya dengan baik pula. Namun, yang lebih penting dari itu best practice mereka dalam penyelamatan lingkungan, yang juga diterbitkan di Majalah SWA dan disiarkan oleh KBR68H, dapat menjadi acuan dan pembelajaran bagi Pemerintah Daerah lainnya.

Penghargaan IGRA 2013 ini adalah yang ke-4 kalinya, yang diselenggarakan secara konsisten setiap tahun oleh Majalah SWA dan KBR68H. Pemenang IGRA 2013 akan diumumkan nanti sore di Ecopark, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara.

Proses seleksi dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama, mengundang Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota untuk ikut dalam progam IGRA ini. Pemerintah Daerah yang bersedia ikut dalam program ini diharuskan menuangkan kebijakan dan program-program yang mereka jalankan untuk penyelamatan lingkungan dalam bentuk paper, dilengkapi dengan data-data pendukungnya. 

Ada 19 Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota yang pada akhirnya berhasil melengkapi persyaratan tersebut. Kemudian,  berdasarkan penilaian juri, dipilih 10 finalis yang terdiri dari 5 Kabupaten dan 5 Kota. Adapun 5 Kabupaten yang masuk final adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Jombang, Kabupaten Gresik, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Banyumas. Sementara, 5 Pemerintah Kota yang masuk final adalah Kota Surabaya, Kota Payakumbuh, Kota Batu, Kota Yogyakarta dan Kota Surakarta. 

Aspek yang dinilai untuk  menentukan finalis tersebut meliputi: pengelolaan sampah, pengelolaan hutan dan perkebunan,  pemanfaatan lahan dan tata ruang, pengelolaan lahan pertanian, transportasi, daerah tangkapan air (DTA) & daerah aliran sungan (DAS), ketersediaan air bersih, kualitas udara, pengelolaan dan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan, serta adaptasi terhadap perubahan iklim.

Para finalis itulah yang kemudian diundang untuk memprenstasikan program dan hasil-hasilnya dalam penyelematan lingkungan di hadapan dewan juri, tapi sebelumnya dilakukan verifikasi terlebih dahulu ke lapangan untuk mengkonfirmasi data-data yang disampaikan oleh Pemkot maupun Pemkab yang masuk tahap final. Adapun dewan juri dari Palgunadi T. Setiawan (Komisaris PT Jakarta Propertindo), Darwina Sri Widjajanti (Direktur Program Nasional LEAD Indonesia, Direktur Eksekutif Yayasan Pembangunan Berkelanjutan),  Santoso (Dirut KBR68H), Berry Nahdian Furqon (konsultan independen, mantan Direktur Eksekutif Walhi),  dan Dr. Tience Darmawati (Pusdik Kementerian Negara LH).

Catatan penting dari Dewan Juri adalah, faktor kepemimpinan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam pelaksanaan program-program yang terkait dengan penyelamatan lingkungan. Menurut Darwina, Pemerintah Kota Surabaya berhasil dalam menyelamatkan  dan mengelola lingkungannya karena pemimpinnya, Tri Rismaharini, yang visioner, mau terjun ke bawah, punya strategi yang jelas dan inovasi yang terus menerus. “Dia tidak bekerja sendiri. Dia bekerja bersama tim. Team work-nya kuat. Lebih dari itu, dia ingin masyarakat terlibat sehingga pemerintah dan masyarakat mencintai kotanya. Itu pemimpin yang baik, bukan dirinya sendiri yang menonjol, tetapi dia menggerakkan semuanya, bersama menciptakan kota yang nyaman ditinggali,” ujar Darwina menilai keberhasilan Pemkot Surabaya..

“Yang saya lakukan adalah bagaimana warga Surabaya mencintai lingkungan. Caranya dengan mengajari warga agar peduli lingkungan di sekitar tempat tinggalnya,” Walikota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan.

Untuk tahap awal, ungkap Risma, pokoknya yang penting bersih dulu. Warga mau peduli lingkungan, lalu mereka menata kampung. Kalau levelnya sudah tinggi ada kampung yang sudah mengelola air limbah sendiri, punya bank sampah.

“Bahkan tidak itu saja, mereka akhinya bisa menjual tanaman, bibit buah-buahan, kompos, dan sebagainya. Air limbah rumah tangga tersebut mereka olah supaya bisa digunakan lagi, misalnya untuk menyiram tanaman, mencuci motor, bahkan digunakan untuk hydrant kebakaran. Akhirnya mereka bisa menghemat pengeluaran antara 15-20%,” ujar Risma, dalam keterangan pers yang diterima KBR68H, Kamis (19/12).

Sementara itu, Palgunadi pun menyatakan, keberhasilan pembangunan daerah secara fisik dan non fisik merupakan hasil kepemimpinan dari kepala daerah. Jadi bisa jadi contoh daerah yang lain. “Jadi, penganugerahan ini tidak semata-mata konsep, tapi implementasi juga,” ia menegaskan. Dan, keberhasilan dalam implementasi konsep atau program yang telah disusun memang sangat tergantung pada pemimpinnya. Palgunadi memuji keberhasilan Kota Surabaya dan Kabupaten Malang dalam penyelamatan lingkungan. Kedua daerah itu konsisten dari sisi aspek pemahaman terhadap pemasalahan, rencana-rencananya, menegakkan aturan, sistem manjemen dalam pelaksanaan program-programnya, dan hasilnya signifikan.

Dengan diselenggarakan program IGRA ini, diharapkan makin mendorong Pemerintah Daerah melakukan terobosan-terobosan untuk menyelematkan lingkungan demi kehidupan yang lebih sehat di muka bumi ini. Tentu saja, Pemerintah tidak bisa berjalan sendirian. Mereka  butuh keterlibatan aktif masyarakat dan pengusaha.

  • pemenang
  • IGRA
  • 2013
  • KBR68H
  • Majalah SWA

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!